[caption id="attachment_305566" align="alignleft" width="250" caption="Belum tentu para wartawan yang melakukan wawancara ini bisa menulis nama Gayus Lumbuun secara benar. (Foto: okezone.com)"][/caption]
“Fasad” dan “corruption” dalam pengertiannya yang paling sederhana memiliki makna yang sama: rusak. Di Al-Quran, ada beberapa ayat yang berbunyi begini: Innallaha laa yuhibbu al-mufsidin. Artinya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.
Nah, bicara soal korupsi, soal rusak-merusak, Gayus Lumbuun perlu tahu juga bahwa namanya sudah rusak. Saya tidak bilang nama Gayus sudah tercemar, karena rusak dan tercemar adalah dua hal yang berbeda, sekalipun dua-duanya menyiratkan adanya ketidakberesan.
Siapa yang berani merusak nama Gayus Lumbuun yang ahli hukum itu? Ini bukan soal berani atau takut, melainkan soal ketidaktahuan dan kelatahan. Ternyata, yang merusak nama Gayus Lumbuun adalah media massa!
Karena tak mungkin meneliti seluruh media cetak dan media elektronik, saya pelototi saja data dari media online. Saya mempekerjakan mesin pencarian Google untuk mencari varian-varian nama Gayus Lumbuun—nama yang sudah dikorupsi itu. Saya ketik pelbagai kemungkinan variasi nama, lalu dalam beberapa detik, Google membuka bank datanya.
Sungguh, data yang saya peroleh hari ini (28/10) sangat mencengangkan. Ternyata nama Gayus Lumbuun sudah rusak parah. Inilah hasil pencarian saya:
·Gayus Lumbuun: 117.000 hasil
·Gayus Luumbun: 787 hasil
·Gayus Lumbun: 12.300 hasil
·Gayus Luumbuun: 1 hasil
·Gayuus Lumbuun: 180 hasil
·Gayuus Lumbun: 606 hasil
·Gayus Lambuun: 170 hasil
·Gayuus Lambun: 5 hasil
Perhatikan, satu nama bisa ditulis dengan delapan versi! Inilah bukti nyata ketidaktahuan dan kelatahan media kita, khususnya media online. Dengan kata lain, tingkat akurasi berita di media online kita masih memprihatinkan.
Berdasarkan profil Gayus di situs milik PDI-P, politikus yang lahir pada 19 Januari 1948 ini bernama lengkap mentereng: Prof. Dr. Topane Gayus Lumbuun, SH. MH. Professor Gayus, demikian Ruhut Sitompul kerap memanggil Gayus—tentu dengan nada setengah meledek.
Selepas menunaikan ibadah haji, Ketua Badan Kehormatan DPR ini akan mendapat tambahan gelar: Haji. Supaya embel-embel sakral itu beserta nama lengkapnya tidak dirusak media, Gayus Lumbuun perlu melakukan deteksi dini. Salah satunya dengan membaca artikel ini!
Menteng, 28 Oktober 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H