Mohon tunggu...
Herman Susanto
Herman Susanto Mohon Tunggu... Human Resources - Film, Musik, Kuliner

Suka U2, Dewa, Wolverine, Batman, Marvel, Coklat, masakan ayam, sate, rawon, bakso, warna hitam, putih, abu abu, biru.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Unhinged", Teror Sepanjang Jalan - Spoiler Alert

3 Januari 2021   11:18 Diperbarui: 5 Januari 2021   00:35 502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa jauh seorang manusia bisa menahan tekanan hidup secara bertubi tubi? Ketika sang istri menceraikannya, dan hidup bersama pria lain lalu pada saat yang sama dia harus kehilangan pekerjaan? 

Apakah logis bila semua kondisi di atas akan menempatkan kita sebagai ke  dalam "Boiling Point " (titik didih) lalu membuat mental kita tertekuk dan tidak ada akal sehat selain amarah memuncak yang mendorong kita menjadi maniak?

Rachel (Karen Pistorius) memulai pagi itu dengan kurang baik, terlambat bangun, hingga harus mengejar waktu mengantar anaknya Kyle (Gabriel  Bateman) ke sekolah, dan sekalgus memenuhi janji temu dengan pelanggannya. Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, Rachel terjebak macet dan akhirnya kehilangan pelanggannya. 

Namun itu belum cukup, dalam perjalanan mengantar Kyle ke sekolah, dia terhalang sebuah pick up yang tak kunjung melaju setelah lampu lalin hijau menyala, karena kekesalannya dia mengklekson dengan keras lalu memundurkan mobil untuk melaju mendahului pick up itu.

Yang tidak diketahui oleh Rachel adalah, pengemudi pick up tersebut adalah seorang pria paruh baya yang baru saja diceraikan oleh istrinya dan kehilangan pekerjaannya dan pria ini baru membunuh suami mantan istrinya lalu membakar hidup hidup mantan istrinya beserta rumahnya. Pria ini yang secara mental sudah terganggu merasa tersinggung dengan sikap Rachel dan mulai melakukan teror berdarah.

Saya cukup puas dengan cara film ini memulai ceritanya - dimulai dari mempertontonkan kebrutalan "Sang Pria" yang diperankan dengan sangat baik oleh Russel Crowe ("Gladiator", "A Beautiful Mind", "American Gangster"). lalu memperkenalkan Rachel dengan keluarganya berserta problematika yang dia hadapi. Dan memasuki babak kedua, alur cerita kembali berubah menjadi mencekam tanpa henti hingga babak ketiga. 

Film psikothriller ini mengingatkan saya akan film "Falling Down" (1994) sebuah film psiko thriller yang dibintangi Michael Douglas namun dalam irama yang berbeda,ada sebuah motif dalam "pemberontakan" kecilnya di jalanan,dalam  "Unhinged" sama sekali tidak memberikan pendalaman karakter yang lebih jauh. Teror yang diberikan sepanjang jalan di hari itu mengingatkan saya juga pada film psiko thriller lainnya "The Hitcher" (1986, yang di remake pada tahun 2007).

Hal lain yang menjadi catatan saya adalah "Sang Pria" sempat memperkenalkan dirinya sebagai Tom Cooper - namun dengan mengingat kondisi kejiwaannya, dapat dianggap sebagai kebohongan. Sebuah konsep yang lebih dahulu dipakai oleh sineas Sergio Leone untuk karakter yang diperankan oleh Clint Eastwood dalam film "The Good The Bad and The Ugly"dimana karakternya hanya dikenal sebagai Blondie (Si Pirang), namun bedanya karakter Blondie adalah protagonis, sedangkan "Sang Pria" dalam film ini adalah maniak mesin pembunuh. Di sinilah saya melihat kalau karakter seperti ini bukanlah hal baru namun mengambil dari yang sudah ada. 

Skenario film ini hanya fokus kepada kegilaan "Sang Pria" seolah dia terlahir dengan DNA maniak. Dengan melihat acara narasi film bertutur, jelas ending film ini hanya menuju penyelesaian yang juga berdarah dan seketika.

Salah satu catatan lainnya di sini adalah "Sang Pria" yang mentalnya terganggu karena kondisi berat bertubi tubi, secara logika latar belakangnya adalah protagonis, dan karakter Rachel, seorang ibu yang tidak disiplin waktu, yang menyebabkan dia dipecat oleh klien menter nya dan sikapnya yang kasar di jalan membuatnya terkena batunya berhadapan dengan seorang maniak. 

Tapi, skenario film ini memang tidak berniat mengeksplor hal ini - yang sebenarnya agak disayangkan mengingat "duet" akting Crowe dan Pistorius begitu klop sebagai pemburu dan yang diburu. Film ini hanya ingin mempersembahkan tontonan yang menggedor rasa tercekam, akhirnya terjebak dalam cerita psikothriller klise. Namun sekali lagi, bagi yang suka dengan film psikothriller yang to the point ini boleh jadi pilihan tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun