"Kamu emang pernah bilang Cinta sama aku?"
Sudah sering kita dengar Buanglah Mantan pada Tempatnya. Tetapi bagi sebagian orang move on itu ga mudah, dan salah satu cara move on dengan membuang segala barang yang mengingatkan kita pada mantan.Tristan (Reza Rahardian) menjadikan ini sebagai peluang bisnis. Sebagai upaya dia untuk membuktikan dia bisa mandiri, sukses tanpa bantuan finansial dari ayahnya (Roy Marten) yang lumayan kaya.Dia membeli barang barang dari siapa saja yang mau move on,lalu dia jual kembali.
Toko ini sebenarnya semacam pelarian Tris dari rumah -- dia tidak nyaman di rumahnya karena ayahnya menikah lagi setelah sang istri meninggal dunia. Setiap hari selama bertahun tahun dia melihat ayahnya mengucapkan "Aku cinta padamu" pada mendiang Ibunya, tetapi akhirnya setelah bertahun tahun menikah lagi.
Sehingga bagi dia -- kalimat mencintai tidaklah penting tetapi perbuatanlah yag penting. Dan demikianlah hidup Tristan bertahun tahun, dia dengan toko kebanggannya dan dua orang karyawannyan -- Rio (Iedil Alaudin), anak orang kaya yang pengen mandiri dan Amel (Dea Prananda), adik kelas (angkatannya jauh) Tristan.
Pandangan ini juga yang menjadi salah satu sebab dia ditinggal oleh Laras (Marsha Timothy) -- padahal bagi Tristan, seorang mahasiswa legend (termasuk karena playboy nya) Laras adalah cinta sejatinya. Dan bertahun tahun setelah Laras wisuda dan bekerja -- sedangkan Tristan ga pernah selesaikan skripsinya, Laras kembali muncul dalam kehidupannya, meminta saran untuk memilihkan cindera mata untuk tamu undangan pernikahannya.
Ceritanya sebetulnya klise, tetapi konsep dasarnya yang menarik. Dengan memanfaatkan kesulitan sebagian anak manusia untuk move on dari patah hatinya. Kiat disuguhi dengan berbagai adegan lucu dari orang orang yang menjual semua barang pemberian mantan, mulai dari buku novel Jepang sampai sisir, bahkan ada pasangan yang putus karena mereka merasa terlalu saling mencintai.
Kekuatan film ini memang ada pada toko Tris dan Laras -- yang keduanya masih saling mencintai. Tri jelas berharap sekalipun sudah bertahun tahun dia tidak pernah bertemu Laras. Laras mengambil keputusan logis meninggalkan Tris -- karena Tris hidup dalam keasikannya sendiri, yang selalu menunjukkan sikap mencintai,tetapi tidak pernah mengucapkan kalimat yang dia nantikan.
Namun disini juga aku tidak melihat perimbangannya, karena terlalu mudah bagi Laras untuk pergi meninggalkan Tris tanpa pesan. Pergi menghilang. Kalau (mungkin) 2 tahun yang lalu (tidak jelas timeline filmnya) Laras pergi dengan cara itu, mereka mulai menyadari kesalahannya, kenap harus dia ulangi lagi dengan semudah itu?
Naskah film ini juga sepertinya melupakan karakter Rio dan Amel, khususnya Amel yang sebenarnya punya persoalan sendiri. Hubungan keduanya punya potensi untuk dieksplor, tetapi sayangnya itu tidak dilakukan, sehingga kedua karakter menarik ini hanya bagai asesoris tambahan.
Plus naskah film ini memberikan ending yang terlalu mudah tanpa melalui proses yang logis. Cukup disayangkan karena 1st act dan 2nd act nya cukup meyakinkan.
Namun secara overall, film roman komedi ini enjoyable, tidak cengeng dan akting para pemerannya yang baik. Irama film juga terjaga dan dari sisi art direction, kinerja timnya sangat detil memberikan gambara Toko Barang Mantan yang begitu memikat -- kalau toko seperti ini ada, aku bakalan singgah.