Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... Administrasi - Pedagang tempe di Pasar Depok

berminat dengan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Masker dan Sikap Masa Bodoh yang Membahayakan!

26 Maret 2020   19:15 Diperbarui: 26 Maret 2020   19:18 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Seiring berjalannya waktu, sikap parno saya menghilang. Sesekali masih memakai masker, tetapi lebih banyak bolongnya. Kadang timbul juga sikap jumawa dan masa bodoh. Apalagi melihat begitu banyak orang yang tidak menggunakan masker -- terutama kaum lelaki -- sehingga kadang malu sendiri kalau memakai masker.

Saat ini, dengan merebaknya pandemic corona (Covid-19), memakai masker menjadi kewajiban. Walau pun penularan virus mematikan itu bukan cuma melalui pernapasan, karena dari materi-materi yang dipublikasikan, bersentuhan dengan pengidap corona atau memegang barang yang pernah disentuh oleh penderita, bisa tertular. Entah mengapa yang disosialisasikan selalu menggunakan masker, tidak termasuk sarung tangan.

Dengan merebaknya wabah corona, harga masker naik gila-gilaan. Masker yang dulu bisa didapat dengan harga Rp.20 ribu / pak, kini menjadi 300 ribu atau bahkan lebih. Karuan saja tidak semua orang bisa membeli masker dengan harga yang tinggi itu. Saya sendiri menyiasatinya dengan syal  penutup wajah yang banyak dijual di pinggir jalan. Entah seefektif apa benda itu untuk melindungi diri dari virus corona. Tetapi dengan memakai itu paling tidak perasaan lebih tenang.

Meskipun korban corona berjatuhan, dan jumlah penderitanya meningkat terus di Indonesia, penggunaan masker belum memasyarakat. Masih banyak orang yang bepergian tanpa menggunakan masker. Sikap untuk melindungi diri memang belum membudaya di Indonesia. Mereka yang bekerja di tempat-tempat berbahaya pun tidak menggunakan pelindung memadai seperti masker, sarung tangan, helm, jaket atau sepatu. Masyarakat di negeri relijius ini percaya masalah nasib dan takdir berada di tangan Yang Maha Kuasa. Mereka baru percaya tubuh perlu dilindungi, ketika musibah itu datang menimpa. Kesadaran datang selalu terlambat.

Dalam menghadapi amukan corona ini apakah kita akan tetap pasrah sampai musibah itu menimpa diri kita sendiri? Atau perlu berikhtiar sebagai mahluk yang diciptakan dengan akal dan pikiran!  Perlu diingat, ketika seseorang terpapar corona, akan jauh lebih sulit menanganinya dibandingkan TB MDR!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun