Mohon tunggu...
Herman Herman
Herman Herman Mohon Tunggu... pegawai negeri -

"Jangan melangkah tanpa mimpi, tanpa harapan, tanpa tujuan untuk sukses"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Era Turbulensi: Apa dan Bagaimana seharusnya Sekolah

29 Desember 2012   11:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:51 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era Turbulensi: Apa dan Bagaimana seharusnya Sekolah Indonesia saat ini mempunyai bonus demografi yang luar biasa, yaitu jumlah penduduk yang mencapai 245 jut jiwadan diperkirakan 2025 akan mencapai kisaran 300 juta jiwa.Bonus demigrafi ini seharusnya dapat membawa Indonesia negara kita tercinta ini untuk meraih keunggulan dari sumber daya manusia yang dimiliki saat ini untuk dapat bersaing dalam era kekuatan ekonomi abad 21, mengapa tidak karena negara kita saat ini sebenarnya mempunyai100 - 150 penduduk mudayang produktif.

Tabel Penduduk Indonesia

Sumber: Persentase Elslee Y.A. sheyoputri, Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Malaysia. Pertanyaan yang kemudian muncul dibenak kita masing-masing adalah, apakah kita sudah berdaya, jawabannya pasti masih ragu-ragu untuk mengatakan ia atas permasalahan yang satu ini yaitu keberdayaan bangsa kita apalagi terhadap bangsa lain di dunia. Khusus dikawasan Asia Tenggara saja negara kita merupakan negara yang terpadat kedua penduduknya setelah Philipina.

Tabel Penduduk Sebahagian Negara-Negara  Asia Tenggara

1356781301148117212
1356781301148117212

Sumber : http://www.scribd.com/doc/80545201/Asia-Tenggara

Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena kita terlena dengan alam kita yang mampu menyediakan segalanya, seperti nyanyian dari Koes Plus “Tongkat dan batu jadi tanaman” atau kita beranggapan bahwa negara kita bagai kolam susu, karena susunya sudah mulai habis, sehingga biar berutang asal minum susu. Artinya negara kita saat ini, negara kita masih senang dengan utang, bukan kemampuan sendiri yang diupayakan, disamping itu pemerintah kita masih bangga dengan eksplotasi sumber daya alam. Kebanggaan terhadapsumber daya alamyang melimpah itu sekarang harus dirubah paradigmanya menjadikunggulan berbasis kreativitas yang disupport oleh sumber daya manusia. Perlu kita ingat, bahwa  mereka negara maju  lebih dulu menikmati apa yang dinamakan eksploitasi sumberdaya alam. Jadi seharusnya kita arif dan bijaksana untuk tidak membiarkan sumber daya alam kita dikuras tanpa batas. Mengapa kita membiarkan eksploitasi itu terjadi, mengapa kita tidak mampu mengelolanya sendiri, semua itu salah siapa? Saya berpikir bahwa semua itu berawal dari kitabangsa Indonesia yang menggap pendidikan sebagai pembentuk  sumber daya yang bermutu, bukan merupakan yang utama tapi nomor yang kesekian serta  tidak jelas model desain jangka panjangnya. Di era yang penuh turbulensi ini seharusnya kita mulai menyadari, apa dan bagaimana anak cucu kita persiapkan dengan merubah mind set bahwa  investasi dibidang pendidikan sebagai upaya pembentukan sumber daya manusia adalah investasi jangka panjang yang berdampak besar terhadap pembentukan keunggulan kompetitif bangsa. Bukan seperti mind set pada era otonomi saat ini, oleh sebagian bupati/ wali kota memandang investasi SDM bukan merupakan kebijakan yang populer sehingga pembangunan lebih condong pada pengembagan infrastruktur semata yang tidak berimbang dengan pengembangan SDM untuk jangka panjang. Oleh karena itu  Sekolah sebagai media pendidikan yang masih dipercaya oleh masyarakat bisa jadi nanti akan berubah peran dan ditinggalkan oleh masyarakatseperti yang dikemukakan oleh Profesor Howard Gardner, yang mengatakan bahwa : We have gotto do a lot fewerthings in school. The greatestenemy of understanding is coverage. As long as you aredetermined to cover everythingyou actuallyensure thet mostkidsare notgoing to understand. You have got to takeenoughtime to get kids involvedin somethingso they canthink obout itin lots of different waysand applynot just in schoolbut at home and on thestreetand so on. (Greany & Rodd, 2004: 35). Hal tersebut sangat memungkinkan terjadi, apabila sekolah sebagai institusi formal yang di percaya pemerintah tidak mampu memjawab permintaan pasar dalam menyediakansumber daya manusiayang berkualitas, sesuai atau bahkan melebihi standar pendidikan yang telah ditetapkan. Agar sekolah tetap eksis dalam perannya sebagai pencetak sumber daya yang berkualitas, sekolah harus benar-benar mampu merubah diridengan mewujudkan sekolah sebagai “learning to learn” agar mampu menjawab turbulensi yang menghadang anak-anak kita sekaran dan masa yang akan datang (Greany & Rodd, 2004: 39). Lebih lanjut Greany & Rodd menjelaskan bahwa dengan berkembangnya sekolah sebagai learning to learn dapat mengantarkan sekolah pada proses tranformasi yang berdampak pada penigkatan pencapaian standar, peningkatan moraldan motivasi guru, yang tidak kalah pentingnya adalah menjadikan sekolah lebih efektif, termasukpeningkatan motivasi siswa. Oleh karena itu tidak ada pilihan lain, selain paradigma sekolah saat ini harus mulai berubah, agar sekolah mampu mempersiapkan peserta didiknya untuk bersaing di era penuhturbulensi “21 century” ini. Momentum perubahan kurikulum 2013, seharusnya dapat menghadirkan keterampilan dan keahlian abad 21 seperti berikut. Gambar: Ilustrasi persiapan  siswa abad 21

13567815881289460966
13567815881289460966
Sumber : Persentase Elslee Y.A. sheyoputri, Mantan Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur Malaysia Dari illustrasi di atas, bahwa sekolah seharusnya mampu memahami perkembangan dunia, sehingga sekolah dengan segera mampu menyesuaikan diri atas apa yang dibutuhkanpeserta didik untuk dapat bersaing. Persiapan pertama “helmet (information filter)”adalah persiapan ini harus dilakukan disekolah dan kerjasama dengan orang tua untuk pengembangan pembinaan lebih lanjut, oleh karena itu sekolah dankomite sekolah harus bersinerji untuk membuat program dalampembinaan serta pemantauan aktivitas berkelanjutan terhadap peserta didik sehingga pembinaan disekolah tidak terkesan terputus, dengan demikian  filterisasi informasi akan terbagun  sebagai penyaring  sebelum mereka meniru suatu informasi  sebagai gaya hidup, yang kedua pakaian” clothes (self-protection)” dalam konteks ini, meski zaman berada pada era kebebasan, tapi budaya harus tetap dipengang teguh untuk membendung pengaruh negative yang masuk  berlebihan dalam diri anak-anak kita, berikutnya yang ketiga “life jacket (soft skills)” yang tidak kalah pentingnya yang harus dipersiapkan jika benar-benar terjaditurbulensi, agar anak-anak kita tidak hanyut, dan meski mereka juga terkena dampak dan mereka juga ikut hanyut akan tetapi mereka akan segera bangkit karena dorongan keahlian yang dimiliki. Persiapan yang keempat adalah “watch (awareness of time)” agar anak-anak kita tidak terpuruk selamanya, anak-anak kita juga harus kita bekali mereka dengan budaya tertib dan tepat waktu  sebagai persiapan yang kelima. Kemampuan tepat waktu tersebut akan sangat mendukungketerampilan berikutnya yaitu networking yang dalam gambar di atas di simbolkan dengan “Flip line” sebagai persiapan yang keenam. Persiapan ketujuh adalah “paddle (technical skill)” sekolah juga harus menyiapkan  kemampuan komunikasi, oleh karena itu sekolah harus membangun kemampuan berbahasa bagi  peserta didiknya terutama bahasa asing, sebagai komponen yang terakhir adalah shoe (self-control), untuk pengendalian dirikarena saat ini sukar rasanya untuk mengontrol anak-anak kita, oleh karena itu bekal agama dan kasih sayang serta rasa percaya kepada anak harus dibangun sejak dini. Gagasan diatas senada dengan apa yang dikemukakan oleh Wagner (2008) yang melaporkan bahwa: that 21st century skills will not only be essential in order for our students to compete in a global economy, but they will also be critical survival skills in the future. They are: • Critical Thinking and Problem Solving • Collaboration and Leadership • Agility and Adaptability • Initiative and Entrepreneurism • Effective Oral and Written Communication • Accessing and Analyzing Information • Curiosity and Imagination. Senada dengan pendapat diatas, The Partnership for 21st Century Skills (2004) yaitu suatu organisasi yang memperjuangkan pengembangan keahlian siswa pada abad 21 menyatakan hal yang sama bahwa untuk dapatmembangun dan mengembangkan keahlian di abad 21 maka diperlukan reformasikurikulum dengan mencantumkan core subject dari keahlian yang harus dimiliki siswa seperti “Creativity and Innovation; Critical Thinking and Problem Solving; Communication and Collaboration; Information, Media, and Technology Skills; ICT (Information, Communication, and Technology Literacy; and Life and Career skills” (Sonn Sam, 2011: 1) Jadi saatnya sekolah untuk berbenah agar anak-anak kita akan menjadi anak Indonesia yang mampu bersaing dan terbang bebas bagai garuda yang mampu mengepakkan sayapnya kemanapun ia mau jika itu baik dan menguntungkan bagi diri, keluarga, bangsa dan negaranya.
13567818291369543800
13567818291369543800
Referensi : Greany. Toby & Rodd. Jill. 2004. Creating a Learning to Learn School.Research and Practice for Raising Standards.Motivation and Morale. CAMPAIGN FOR LEARNING. Australia: Original Publishedby Network Education PressLtd. Elslee Y.A. sheyoputri Power point Persentase INDONESIAN SCHOOL OF KUALA LUMPUR (SIKL) “INSTRUCTIONAL Leadership best practices” Sonn Sam. 2011. High School Principals’ Rating of Success in Implementation of 21st Century Skills. A Dissertation. Doctoral Program in Educational Leadership of the Requirements for the Degree of Doctor of Education Johnson & Wales University. UMI 3450048 Copyright 2011 by ProQuest LLC. All rights reserved. This edition of the work is protected against unauthorized copying under Title 17, United States Code.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun