Mohon tunggu...
Hermalinda
Hermalinda Mohon Tunggu... Guru - Guru Produktif TI/SMKN 6 Balikpapan

Guru Produktif TI; lebih tertarik dengan Sejarah dan Penemuan- Penemuan Baru serta hal-hal yang bersifat memacu akal untuk mencari tahu/hal-hal yg misterius

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

2.3.a.8 Koneksi Antarmateri-Modul 2.3

8 September 2023   23:00 Diperbarui: 1 Oktober 2023   20:32 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam mengelola proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kompetensi paedagogik dan profesional, yang muaranya kepada peningkatan mutu lulusan peserta didik.

Supervisi Akademik adalah upaya membantu guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran.

Kesimpulan dan Refleksi

Kesimpulan Materi MENURUT PANDANGAN PENULIS 

Peran penulis sebagai seorang coach di sekolah dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya di paket modul 2 yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial dan emosi:

  • Sebelum merancang pembelajaran berdiferensiasi maka seorang Coach terlebih dahulu melakukan pemetaan kebutuhan belajar perserta didik, yaitu mulai dari aspek kesiapan, minat dan bakat, serta profil peserta didik. Dan untuk pemenuhan ini metode coaching dapat di integrasikan untuk pemenuhan tersebut. 
  • Dengan Pembelajaran berdiferensiasi, yang tujuan utamanya adalah menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Sehingga sebagai seorang Coach dengan metode coachingnya akan mampu membangun kemitraan dengan peserta didik sehingga diri mereka terpacu untuk lebih bersemangat dalam prestasi belajar yang lebih baik. Karena kesetaraan akan menempatkan mereka pada pribadi yang layak untuk didengarkan dan dituntun untuk menuju kompetensi yang lebih mumpuni.
  • Dengan Pembelajaran berdiferensiasi, yang selalu mengedepankan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek yaitu Kesiapan belajar murid,  (readiness), Minat murid, Profil belajar murid serta dengan salah satu dukungan dalam berbagai moda dan pada berbagai tingkat kerumitan, serta dalam berbagai rentang waktu; maka daya lenting peserta didik terutama dalam pencapaian prestasi akan melaju dan bertumbuh pesat sesuai kebutuhan zaman.
  • Dengan metode Coaching, penulis berpendapat bahwa  menempatkan warga sekolah sebagai mitra bagi peserta didik yang artinya warga sekolah akan bergerak secara kolaborasi untuk menciptakan sinergi yang terus berproses untuk menuntun warga sekolah khususnya peserta didik untuk mencari kenyamanan dalam Mengembangkan relasi/hubungan positif sehingga pemenuhan hak-hak belajarnya terpenuhi dalam kerangka percaya akan teman belajarnya.
  • Kemudian dengan metode coaching ini, maka sebagai seorang Coach maka penulis menyadari bahwa  kesejahteraan psikologis (well-being) akan dapat dicapai secara optimal bila adanya keyakinan dari peserta didik bahwa mitra belajarnya mampu membawa tuntunan yang lebih baik bagi diri individunya. Atau bertumbuhnya kesadaran diri dalam akan potensi yang ada pada dirinya karena kemitraan yang terjalin adalah terbangun dari kolaborasi yang saling mempercayai.
  • Menyadari diri sebagai seorang Coach, maka penulis menyadari bahwa kompetensi teladan harus mampu bertumbuh kepada peserta didiknya sebagai bagian dari pembelajaran sosial dan emosional yang dapat dilihat dari semua aspek kehidupan bermasyarakat.
  • Bahwa segala tindakan yang telah dan akan dilakukan oleh seorang Coach, adalah cerminan dari Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab; Yang dimaksudkan penulis bahwa Belajar membuat keputusan beralasan/masuk diakal adalah berasal dari atau setelah menganalisis informasi, data, dan fakta; serta mampu Mengantisipasi dan mengevaluasi konsekuensi-konsekuensi dari tindakan tersebut.  

Menurut Penulis keterkaitan keterampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin  pembelajaran adalah: 

  • Dengan peran sebagai pemimpin pembelajaran maka dengan adanya coaching maka sangat kompeten dalam memberi input terutama dalam memahami peserta didik dari berbagai sudut pandang terutama dalam memetakan aspek kesiapan, minat dan bakat, serta profil peserta didik.
  • Dengan mengingat Pemikiran KHD, maka sebagai seorang coach yang selalu harus mengintegrasikan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas demi terciptanya pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna, maka sangat jelas kegiatan ini harus ditopang oleh pembelajaran sosial dan emosional yang lahir dari keinginan untuk menuntun peserta didik dalam mencapai impiannya. 
  • Dengan peran sebagai pemimpin pembelajaran maka dengan hasil dari Coaching, maka penulis melihat begitu besar peluang untuk memanage pembelajaran dengan data-data tersebut sehingga dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang lebih bertanggung jawab. 
  • Bahwa untuk mendapatkan output yang lebih baik, maka sebagai pemimpin pembelajaran, penulis berpendapat bahwa sebagai keberlanjutan Coaching terhadap memaksimalkan potensi peserta didik secara individu harus dapat dilakukan secara berlanjutan dengan tetap mengacu pada "kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi pada peserta didik/coachee" .

Refleksi Materi MENURUT PANDANGAN PENULIS

Untuk Refleksi di Modul 3.2, penulis menggunakan Metode Connection, Challenge, Concept, Change (4C) 

  • Connection, keterkaitan materi yang didapat dengan peran penulis sebagai Calon Guru Penggerak; bahwa dengan coaching ini berusaha untuk mengembalikan/menumbuhkan potensi yang memang seharusnya sudah ada pada individu Calon Guru Penggerak terutama ke 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik serta kompetensi-kompetensi lainya; 
  • Challenge: Ide, Materi atau Pendapat dari narasumber yang berbeda dari praktik yang penulis  jalankan selama ini, bahwa pelaksanaan Coaching akademik sangat perlu untuk dilihat dan dilaksanakan dari sudut padang yang sama, agar tujuan awal dari coaching selalu berada pada keputusan yang bertanggung jawab karena didasari oleh kemitraan, proses kreatif, dan memaksimalkan potensi pada peserta didik/coachee.
  • Concept: konsep-konsep utama yang Penulis  pelajari dan penting untuk terus dibawa selama menjadi Calon Guru Penggerak atau bahkan setelah menjadi Guru Penggerak: 1) Kemitraan ini diwujudkan dengan cara kita membangun kesetaraan dengan orang yang akan kita kembangkan, yang dapat dibangun dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri pada saat kita akan mengembangkan rekan sejawat yang lebih tua, lebih senior, dan atau lebih berpengalaman. Dan hal ini juga dapat dilakukan pada peserta didik, karena adanya kepercayaan dan keterbukaan yang terbangun di dalamnya.; 2) Percakapan yang terjadi dengan dua arah, dengan cara mendengarkan rekan/coachee dan kemudian melontarkan pertanyaan untuk membantu rekan/coachee untuk lebih memahami situasi dirinya, situasi ideal yang rekan/coachee inginkan, serta langkah-langkah untuk membawa rekan/coachee dari situasi rekan/coachee saat ini ke situasi ideal yang rekan/coachee inginkan .; 3) Adanya Rencana Tindak lanjut, bahwa dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan/coachee yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan/coachee yang sedang dikembangkan.
  • Change:  Perubahan dalam diri Penulis yang ingin dilakukan setelah mendapatkan materi Coaching (Modul 3.2): 1) Belajar untuk lebih meningkatkan fokus terutama dalam hal presence dan mendengarkan aktif; 2) akan berusaha menjadi pribadi yang lebih sabar dalam mendengarkan cerita dari rekan/coachee agar dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot; 3) akan berusaha Mengurangi egoisme yang melibatkan perasaan pribadi sehingga alur coaching menjadi tidak fokus bahkan sudah tidak jelas tujuan yang ingin dicapai oleh rekan/coachee.; 4) Akan berusaha menempatkan rekan/coachee sebagai mitra dalam coaching.;  5) Dari kemitraan yang terjalin akan berusaha memudahkan dalam membuat Rencana Tindak Lanjut dari rekan/coachee.  

"ICF defines coaching as partnering with clients in a thought-provoking and creative process that inspires them to maximize their personal and professional potential."

Sumber: 22 | Modul 2.3 - Coaching untuk Supervisi Akademi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun