Membangun Karakter Siswa Melalui Inovasi "Gerakan Asah Asih Asuh" di SMP Negeri 5 Sidoarjo
Di tengah dinamika pendidikan nasional, SMP Negeri 5 Sidoarjo telah menunjukkan komitmen yang luar biasa dalam membentuk karakter siswa dengan menghadirkan sebuah inovasi yang revolusioner. Gerakan yang dikenal sebagai "Gerakan Asah Asih Asuh" tidak hanya sekadar sebuah program, namun sebuah perwujudan dari prinsip-prinsip Ki Hajar Dewantara, yang mengedepankan aspek kekeluargaan dan prinsip asih, asah, dan asuh dalam mendukung perkembangan siswa.
Dasar hukum yang kuat, meliputi Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, serta peraturan-peraturan terkait dari Kemdikbudristek, menjadi landasan yang menguatkan terobosan ini. Salah satunya adalah implementasi Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter, yang menggarisbawahi pentingnya pembinaan nilai-nilai kehidupan dalam lingkungan pendidikan.
Setiap kelompok siswa, terdiri dari kelas VII hingga IX, dibentuk secara heterogen dengan tujuan mendukung pembentukan karakter yang holistik. Masing-masing kelompok bersaing untuk meraih poin berdasarkan berbagai kegiatan positif, seperti kegiatan kebersihan sekolah, yang dihitung secara mingguan. Poin ini tidak hanya mendorong semangat kompetisi yang sehat antar-kelompok, tetapi juga menjadi dasar bagi penghargaan seperti penggunaan rompi GA3 untuk kelompok dengan poin tertinggi.
Teknologi menjadi salah satu pendorong utama kesuksesan gerakan ini. Melalui website khusus dan aplikasi WhatsApp, siswa dapat melaporkan aktivitas mereka dan guru dapat mengelola informasi terkait pelanggaran aturan. Bahkan, presensi harian siswa dipantau dengan menggunakan teknologi ini, yang juga memungkinkan keterlibatan orang tua secara langsung.
Manfaat dari Gerakan Asah Asih Asuh (GA3) ini meluas tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada sekolah sebagai program unggulan dalam membentuk karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Bagi orang tua, GA3 memberikan kemudahan dalam mendapatkan informasi terkait perkembangan anak mereka di sekolah. Sedangkan bagi masyarakat dan lembaga pendidikan lainnya, GA3 menjadi contoh yang inspiratif dalam pembentukan karakter siswa di era digitalisasi.
Hasil nyata dari implementasi GA3 terlihat jelas, dari terciptanya lingkungan belajar yang kondusif hingga peningkatan kedisiplinan dan mengurangi kasus bullying di sekolah. Dalam waktu enam belas bulan, lebih dari 2872 kegiatan positif berhasil terdokumentasikan, sementara pelanggaran yang diatasi mencapai 221 kasus, menunjukkan efektivitas dari pendekatan ini dalam membentuk karakter siswa secara menyeluruh.
Dengan demikian, Gerakan Asah Asih Asuh bukan hanya sekadar inovasi lokal, tetapi juga representasi dari bagaimana pendidikan yang berkualitas dapat membentuk generasi yang tangguh, kreatif, dan berintegritas dalam menghadapi tantangan masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H