Di sinilah perempuan itu
Di dalam bangunan nanah dan darah
Terbelenggu oleh ketidakberdayaan
Tercabik-cabik, tertatih-tatih,Â
terpasung seorang diri dengan rantai yang disebut derita,Â
tak ada putusnya,
berteriak entah kepada siapa,Â
dengan bahasa paling nyeri,Â
dengan kata-kata yang lebur dan nyaris mati,Â
ditulisnya luka-luka itu dengan tinta air mata,Â
di atas kitab cinta, yang suci dan tak pernah terjama
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!