Aku menulis perihal hujan
Juga awan-awan hitam yang datang
Berkali-kali
Kau membacanya sebagai kepedihan
Lalu kau tawari aku payung dan pelukan
Yang katamu bisa kugunakan untuk kehangatan
Aku menulis perihal lampu-lampu yang padam
Juga hari-hari yang pergi
Kau membacanya sebagai kehilangan
Lalu kau menghampiri dan berkata,
"satu-satunya musim yang takkan mengenal kepergian ada di dadaku, mendekatlah dan dekaplah aku"
Di lembar terakhir
Aku menulis perihal kita; Aku, kamu, dan buku
Tapi kau membacanya sebagai sesuatu yang tak pernah ada,
Tak pernah kau baca.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI