Mohon tunggu...
Herlina Putri
Herlina Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sedang menempuh pendidikan S1

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Apakah Lebih Baik Jika Satwa di Kebun Binatang Digantikan oleh Robot?

20 Januari 2023   15:44 Diperbarui: 20 Januari 2023   15:54 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Tahanan' Kebun Binatang

Kebun binatang sendiri dibangun dengan tujuan untuk menjaga serta mengembangbiakan satwa langka yang terancam punah sekaligus benteng terakhir penyelamatan satwa, selain itu kebun binatang juga menjadi salah satu objek wisata yang dihadirkan dengan tujuan edukatif mengenai keanekaragaman satwa.

Akan tetapi seiring berjalannya waktu tujuan awal dibangunnya kebun binatang semakin dilupakan. Beberapa orang bahkan mengklaim bahwa kebun binatang adalah bagian dari kompleks industri hewan yang digerakkan oleh uang. Banyak kasus dimana binatang yang seharusnya dilindungi justru disakiti dikebun binatang hanya demi menghibur pengunjung, banyak pula kebun binatang tidak layak sehingga satwa didalamnya penuh penderitaan. Bahkan yang paling parah beberapa satwa melarikan diri dari kebun binatang lalu masuk pada pemukiman penduduk dan ada kasus dimana pengunjung diserang atau dilukai oleh satwa karena kelaparan. 

Beberapa pengunjung terkadang memberikan makan kepada satwa yang tidak sesuai dengan makanan aslinya, juga banyak kebun binatang yang masih tidak memiliki dokter hewan yang dimana dokter hewan merupakan syarat mutlak kebun binatang didirikan. Sebagian besar satwa didalam kebun binatang menjadi tahanan demi menghibur pengunjung atau agar pengunjung dapat berfoto sehingga satwa tidak memiliki kebebasan dalam bergerak dan sebagian bahkan meninggal dikarenakan depresi.

Jadi apakah satwa benar-benar diselamatkan?

Pelestarian Satwa di Alam Liar

Dalam melindungi serta melestarikan binatang maupun satwa langka, kebun binatang bukanlah satu-satunya pillihan yang harus diambil terutama jika kebun binatang tersebut tidak layak untuk ditempati oleh binatang, daripada membuat binatang menderita dikebun binatang alangkah baiknya melepaskan mereka pada habitatnya yang sesuai. Walaupun demikian, melepas satwa ke alam tidak boleh dilakukan dengan sembarangan, harus melalui berbagai prosedur yang telah ditetapkan agar niat baik ini tidak akan justru merugikan semuanya. Contohnya memindahkannya ke suaka margasatwa, cagar alam, dan berbagai taman nasional lainnya yang dilindungi oleh hukum sehingga satwa disana tidak boleh diburu.

 Ajaran Islam sesungguhnya telah memberikan pandangan agar umatnya melestarikan lingkungan hidup. Dimana Bumi dan Langit adalah karunia dan nikmat dari Allah SWT untuk manusia (Al-Baqarah [2]:29); (Al-Mulk [67]:15); (QS. Lukman: 20), yang harus senantiasa dilestarikan dan terpelihara agar dapat bermanfaat bagi kesejahteraan manusia. Bahkan peran manusia, yang dalam Islam disebut khalifah (Al-Baqarah [2]:30), sejatinya adalah sebagai makhluk yang didelegasikan Allah SWT bukan hanya sekadar sebagai penguasa di bumi akan tetapi juga dalam peranannya untuk memakmurkan seisi bumi.

Marc Bekoff seorang profesor emeritus Ekologi dan Biologi Evolusioner yang juga sallah satu pendiri dari Ethologist for the Ethical Treatment of Animals, dalam unggahannya pada Psychology Today mengungkapkan bahwa : "Kualitas hidup binatang dapat dimiliki di habitat aslinya, tempat nenek moyangnya berevolusi. Hidup di alam liar dapat beresiko, tapi itulah hidup. Jika Anda adalah hewan mangsa, misalnya kijang, Anda mungkin akan menjadi santapan singa. Sangat disayangkan, tapi seperti itulah rasanya menjadi kijang. Demikian pula, sebagai pemangsa, singa harus bisa menemukan makanan, dan itu juga berisiko dan memakan waktu. Tapi seperti itulah rasanya menjadi singa."

Dalam unggahannya yang berjudul What Zoos Need to Do for Zoo'd Animals, profesor Marc Bekoff mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan memelihara binatang dikebun binatang karena alasan tersebut selalu digunakan untuk menahan binatang ditempat yang tidak memadai serta biasanya dijadikan untuk kepentingan pribadi diri sendiri demi menghasilkan pendapatan. 

Menggantikan Satwa Dengan Robot


Dengan berkembang pesatnya kemajuan teknologi, berbagai kehidupan manusia dapat dimudahkan. Walt Conti seorang pendiri sekaligus CEO dari Edge Innovations, menciptakan robot lumba-lumba yang dinamai Delle lumba-lumba robotik sepanjang 8,5 kaki, seberat 600 pon yang mampu berenang secara semi-otonom menggunakan AI sederhana, atau dari jarak jauh di bawah kendali operator manusia. Terlihat dalam video bahwa Delle hampir tidak dapat dibedakan dengan lumba-lumba asli karena dia berperilaku dan berenang dengan alami bahkan pengunjung ditempat tidak dapat membedakannya di tangki yang berbagi dengan ikan lumba-lumba lainnya.

Dari perspektif industri, apa yang mungkin paling memikat tentang robot lumba-lumba bukanlah apa yang dapat mereka lakukan, tetapi apa yang tidak mereka butuhkan: makanan, tidur, pelatihan, dan perawatan hewan. Itu tidak berarti lumba-lumba robot itu murah: Delle berharga antara $ 3 hingga $ 5 juta, sementara lumba-lumba hidup dapat menelan biaya taman laut sekitar $ 100.000. 

"Biaya masuk hewan animatronik jauh lebih mahal daripada membeli rekan hidup mereka," kata Roger Holzberg, kepala Desain Pengalaman di Edge Innovations. "Tetapi selama jangka waktu 10 tahun, ini menghemat banyak, puluhan juta dolar hanya dengan menyambungkan hewan Anda di malam hari untuk mengisi ulang." Masih terlalu dini untuk menentukan dengan tepat berapa banyak uang yang bisa dihemat oleh taman laut dengan robot lumba-lumba, tetapi melakukan peralihan hampir pasti akan menghemat banyak penderitaan di antara makhluk laut yang cerdas dan sosial ini. 

Di lautan, lumba-lumba berenang antara 40 hingga 80 mil per hari saat mereka berburu, bermain, dan beristirahat dalam wilayah jelajah, yang bisa melebihi 40 mil persegi. Lumba-lumba tawanan sering disimpan dalam tangki seukuran layar bioskop. Dindingnya mungkin tandus dan beton, kondisi yang kemungkinan besar "menghambat atau mencegah penggunaan kemampuan akustik [lumba-lumba] secara alami," Tulis Masyarakat Dunia untuk Perlindungan Satwa .

Ada perbedaan perilaku yang jelas antara lumba-lumba penangkaran dan liar. Lumba-lumba penangkaran menghabiskan 80% waktunya di permukaan, sedangkan lumba-lumba liar menghabiskan waktu yang sama di bawah air. Lumba-lumba penangkaran juga berenang dalam pola yang berulang-ulang, memberikan perhatian yang luar biasa kepada pelatih yang memberi makan mereka, dan dapat menjadi agresif terhadap penangannya dan, kadang-kadang, turis. Terlebih lagi, taman laut memiliki lumba-lumba yang melakukan trik seperti pantai sendiri di anjungan, perilaku yang berpotensi merugikan yang tidak diamati di alam liar.

Dengan adanya Delle sebagai awal, mungkin saja kedepannya akan lebih banyak berbagai innovasi yang mendukung kehidupan seluruh makhluk dengan baik.

Berikut adalah berbagai robot hewan lainnya yang diciptakan dengan berbagai tujuan (Hiburan, Edukasi, Medis, Dll) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun