Gambar 3: RR kasus COVID19 di Asia Tenggara
Kebijakan Negara-negara di Asia Tenggara
Reaksi awal yang berbeda dapat terlihat dari angka CFR dan RR dari tiap negara di Asia Tenggara, seperti pembuatan keputusan tentang kesehatan masyarakat, pembatasan pergerakan orang yang masuk dan keluar pada tiap wilayah di negara, pelacakan warga yang kontak dengan kasus positif, karantina, fasilitas dan layanan Kesehatan, serta promosi pencegahan penularan dan bagaimana penanganan pasien COVID-19. Kebijakankan yang dilakukan oleh pemerintah tiap negara di Asia Tenggara mempengaruhi jumlah kasus, kematian, dan orang yang sembuh dari COVID-19.
Wabah COVID-19 dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian Internasional pada 30 Januari 2020, tetapi pemerintah Indonesia dan Philipines merespon dengan sangat lambat dan kelemahan dalam sistem kesehatan mulai membebani. Singapura dan Vietnam adalah yang pertama menutup perjalanan dengan China pada awal Februari, dan kedua negara memberlakukan pengawasan, pemantauan, pelacakan kontak, dan isolasi yang luas terhadap mereka yang terinfeksi atau yang kontak dengan penyakit tersebut, walaupun dengan cara yang sangat berbeda.
Singapura telah diakui secara global sebagai model kesehatan masyarakat karena respons awal yang agresif terhadap Covid-19 dan telah berhasil menahan sebagian besar virus melalui pengujian luas, pelacakan kontak yang komprehensif, dan karantina wajib dan diberlakukan dengan baik untuk mereka yang dites positif dan kontak mereka dan semua wisatawan yang kembali dari perjalanan ke luar negeri, juga telah menggunakan alat berteknologi tinggi untuk melacak virus, seperti aplikasi seluler yang membantu pelacakan kontak, dan mengembangkan alat pengujian dan tes antibodi sendiri.
Meskipun sumber daya yang terbatas dan perbatasan dengan China yang sangat ramai, Vietnam telah berhasil menahan pandemi dengan respons yang cepat dan agresif, dimulai dengan pembatasan perjalanan pada akhir Januari, menutup bisnis dan sekolah, dan karantina berskala besar pada pertengahan Februari.
Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi terbesar di ASEAN dengan peningkatan data kasus COVID-19 sangat pesat dengan angka kematian yang paling tinggi. Indonesia merespon dengan lambat dan sedikit demi sedikit, dengan pengumuman tentang lockdown di Jakarta dan wilayah metropolitan lainnya.
Indonesia telah menyatakan wabah Covid-19 sebagai "bencana nasional non-alam," tetapi implementasi karantina dan lockdown dilakukan secara signifikan berdasarkan lokasi, larangan sementara pada semua pengunjung asing, perbatasan darat dengan Timor-Leste dan semua pelabuhan laut dan darat di provinsi Papua ditutup, menutup sekolah, tempat kerja, dan membatasi pertemuan keagamaan dan public, Â pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta sampai 22 Mei, kota satelit di wilayah Jabodetabek dan propinsi lainnya akan menerapkan PSBB, melarang semua perjalanan udara non-kargo hingga 1 Juni.
Semua pengiriman persediaan non-logistik dan non-medis dilarang meninggalkan dan memasuki semua wilayah PSBB hingga 31 Mei, dan pada tanggal 4 Mei, Presiden Jokowi mengumumkan rencana lima poin untuk mengantisipasi gelombang kedua wabah, yaitu dengan melakukan evaluasi tindakan "pembatasan sosial skala besar" (PSBB), pengujian, pelacakan kontak, dan target isolasi yang akan ditetapkan untuk provinsi di bawah PSBB, pemantauan yang lebih ketat terhadap pekerja migran, jaring pengaman sosial untuk keluarga berpenghasilan rendah, dan hotline umpan balik untuk pemerintah tentang bagaimana menangani pandemi.
Pemerintah Thailand melakukan penutupan perbatasan dan larangan masuk, pekerja migran akan diizinkan untuk tinggal di Thailand sampai 30 November, 20 April, Thailand membuka kembali lima gerbang perbatasan di sepanjang perbatasan Thailand-Malaysia. Larangan penerbangan masuk telah diperpanjang hingga 31 Mei.
Karantina atau lockdown dilakukan secara bertahap pada akhir April karena penurunan dalam kasus-kasus baru yang dikonfirmasi. Dimulai pada 3 Mei, Thailand akan mengurangi pembatasan operasi bisnis tertentu, termasuk bisnis ritel, layanan makanan, dan pasar. Jam malam nasional mulai 3 April yang melarang orang meninggalkan rumah mereka mulai pukul 10 malam. hingga 4 pagi, dengan pengecualian untuk layanan penting. Sedangkan sekolah akan tetap ditutup hingga 1 Juli.