Mohon tunggu...
Herlina Harianty Lubis
Herlina Harianty Lubis Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jambi

Mahasiswa Administrasi Pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pendidikan Multikultural

13 April 2021   11:23 Diperbarui: 13 April 2021   12:22 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan multikultur adalah suatu pendekatan progresif untuk mengubah pendidikan yang secara menyeluruh mengkritisi dan menunjukkan kekurangan, kegagalan, dan praktek diskriminasi dalam pendidikan. Hal ini didasarkan pada cita-cita tentang keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan dedikasi untuk menfasilitasi pengalaman-pengalaman pendidikan dimana setiap siswa dapat meraih potensinya sebagai pelajar dan sebagai makhluk yang aktif dan sadar secara sosial dalam tingkat lokal, nasional, dan global. 

Pendidikan multikultur mengatakan bahwa sekolah adalah hal yang penting untuk meletakkan dasar untuk perubahan masyarakat dan menghilangkan tekanan dan ketidakadilan. Tujuan utama dari pendidikan multikultur adalah untuk mempengaruhi perubahan sosial. Pengenalan pada masing-masing identitas etnik merupakan poin awal, hal ini merupakan penghubung antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa yang lain. 

Identifikasi etnik sebagai poin lanjutan yang berfokus pada keseluruhan proses pendidikan merupakan dasar untuk mengembangkan level identifikasi selanjutnya yaitu identifikasi nasional. Identifikasi nasional pada setiap individu membutuhkan pemahaman dan komitmen pada cita-cita demokratis seperti martabat manusia, keadilan dan persamaan hak. Disini fokusnya adalah menjadi anggota yang efektif dalam masyarakat demokratis. Identifikasi nasional yang kuat pada setiap individu merupakan hal yang pokok pada pengembangan identitas global.

Pendidikan multikultural mengakui adanya keragaman etnik dan budaya  masyarakat  suatu  bangsa,  sebagaimana  dikatakan  R. Stavenhagen: Keragaman merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan  seperti itu  ada pada  suku bangsa, agama, ras, serta budaya.Keragaman adalah kekayaan dan keindahan suatu bangsa.  Pemerintah  harus bisa  mendorong  keberagaman  tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan kebersamaan dalam bermasyarakat  serta  menjaga  nilai-nilai  kemanusiaan  sehingga tercipta  hubungan  keselarasan  yang  lebih  baik.  (Bhikhu  Parekh, Ethnicities 1.1 Journal, (2001): p.109-115).

Pendidikan multikultural sangat perlu untuk  diterapkan disekolah, karena dengan pendidikan multikultural kita dapat menyadari perbedaan budaya disekitar kita dan lebih menghormati perbedaan tersebut. Dengan adanya perbedaan tersebut, kita dituntut untuk saling toleransi, menghargai perbedaan antar budaya. Sehingga terwujud dunia yang aman, sejahtera dan juga dapat menambah wawasan kita terhadap kayanya Negara kita akan budaya terhadap perbedaan yang ada. Saya tidak pernah merasakan diperlakukan berbeda dengan teman tau yang lainnya berbeda, karena semuanya tidak ada yang beranggapan bahwa ada perbedaan diantara etnis, agama, ataupun budaya. 

Dalam lingkungan pergaulan banyak perbedaan seperti ras, budaya, dan agama dan lain sebagainya. Yang saya pandang dalam perbedaan agama yaitu walau ada perbedaan agama diantara kami namun itu tidak membatasi kami dalam menjalin pertemanan, ataupun dalam etnis dan budaya. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki berbagai macam etnik akan tetapi memiliki tujuan yang sama, yaitu sama-sama untuk menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.  Contohnya saja kedua orang tua saya berasal dari etnik, ibu dari Jambi dan ayah dari Medan. Bahasa sehari-hari dirumah menggunakan bahasa Jambi dan terkadang bahasa Batak. Suku Melayu (Jambi) berasal dari Jambi, dan suku Batak ini yang berasal dari Kota Medan merupakan Kota terbesar nomor tiga di Indonesia.

Menurut saya ada beberapa masyarakat  yang keliru dengan etnis saya yaitu Medan dan Jambi salah satunya adalah  mereka menganggap bahwa orang Medan yang sering disebut orang Batak itu keras dan jika berbicara selalu berbicara dengan nada yang tinggi,dan yang paling utama dalam hal hubungan, kebanyakan orang tua lebih memilih menjodoh-jodohkan anaknya dalam hal pasangan, karena mereka ingin yang terbaik untuk anaknya agar tidak salah memilih, mangkanya kebanyakan orang beranggapan jika dapat menikahi orang batak itu sangat beruntung. 

Menurut saya orang batak itu bukan keras namun memang sejak kecil mereka berada dilingkungan yang seperti itu sehingga terbawa hingga besar, tetapi menurut mereka ketika berbicara nada keras seperti itu adalah sudah hal yang biasa dan mereka anggap itu seperti nada layaknya orang-orang berbicara, dan dalam hal hubungan itu dilakukan karna orang tua menganggap ketika dijodohkan dengan pilihan mereka ,mereka sedikit yakin bahwa anak mereka akan bahagia dengan pilihan mereka yang sudah mereka ketahui asal usul keluarga pasangan tersebut. 

Dan orang Jambi adalah kebanyakan orang-orang pemalas yang kerjanya mau enak saja tidur dirumah dan si wanita hanya taunya berdandan saja malas untuk mengurus rumah. Tapi menurut saya hal itu tidak lah benar tidak semua orang jambi itu pemalas tergantung  dari pribadi masing-masing karena orang Jawa, Batak bahkan Padang dan lainnya juga banyak yang pemalas, jd bukan hanya orang Jambi saja. Dalam lingkungan saya banyak etnis yang berbeda-beda dari segi agama, budaya dan lain-lain , namun tidak ada yang menimbulkan perbedaan diantara kami contohnya misalkan orang batak mengadakan suatu acara tetangga dilingkungan saya akan cepat membantu dalam hal apapun itu, jadi memang tidak ada yang membeda-bedakan .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun