Kebimbangan membawa diri pada pusaran yg makin dalam dan gelap
Tidak, disana tidak gelap
Nyatanya aku masih dapat melihat cahaya di celah pori tubuhku
Kuintip salah satu pori itu
Samar kulihat serabut urat yg tengah bergelayut sedih
Kutanya, kenapa kau murung?
Tak ada sahutan
Tarik saja salah satu garisku, ajak dia maen lompat tali, hibur garis tangan
Rambutku menyahut, pakai aku saja karena aku sedang bosan jika hanya dibelai dan disisir saja
Otot tak mau kalah ikut menyela.
Pakai aku saja, hantaman ayunannya lebih kuat.
Aku saja! Teriak usus. Dijamin lebih berdebam.
Suara-suara garis tangan, rambut, otot dan usus
seperti rangkaian kereta api meledakkan tawa serabut urat
Semua terdiam, saling pandang
Juga poriku
Aku ingin bercanda dengan diriku sendiri, ujar serabut urat dengan manja
...........Selamat pagi ayam, kini saatnya kau bertugas.
Aku mau memungut sisa-sisa mimpi yg berserak dulu ya......
Ruang kalut, 15 Maret 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H