Dewasa ini, arus perkembangan teknologi semakin tak bisa terbendung. Beragam informasi mengalir tanpa henti dan dapat diakses oleh  siapa saja, kapan pun, dan di mana pun. Era inilah yang dinamakan era digital. Di dalam era digital, jarak dan waktu tidak lagi menjadi penghalang bagi orang untuk berinteraksi dengan sesamanya. Bahkan terlalu mudah untuk berkomunikasi dengan sesama karena semua sudah terhubung dengan jejaring internet di ruang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan tersebut, mau tidak mau masyarakat dipaksa untuk terjerumus ke dalamnya. Â
Literasi selalu identik dengan menulis buku atau catatan dengan menggunakan pena bertinta hitam. Namun itu dulu, sebelum teknologi jauh berkembang. Kini hal tersebut mulai berangsur punah karena tergantikan oleh teknologi. Banyak orang mulai menulis dengan memanfaatkan perangkat sosial media, seperti penggunaan blog dan website pribadi. Penggunaan blog dan website pribadi ini menjadi ajang kreativitas bagi pemiliknya. Mereka bebas menuangkan ide dan pandangannya tentang realitas kehidupan. Dengan bantuan internet, gagasan yang bersifat pribadi sekalipun dapat menjadi konsumsi publik. Bahkan, terkadang mereka sulit untuk membedakan wilayah pribadi dan publik secara bersamaan.
Di era digital ini untuk memublikasikan tulisan bukanlah hal yang sulit. Berbekal smartphone dengan beragam aplikasi media sosial, membuat kita dapat membagikan pandangan dan pengalaman yang kita tulis dengan sederhana. Namun, kita harus tetap mengetahui dan mematuhi etika dalam menggunakan sosial media, jangan sampai kita melewati batasan-batasannya. Kita harus membagikan tulisan tersebut dengan arif dan selektif supaya apa yang kita bagikan dapat bermanfaat bagi pembaca. Kita juga harus menjaga privasi kita, jangan sampai privasi tersebut menjadi konsumsi publik karena akan menjatuhkan diri kita sendiri. Oleh karena itu, dalam membagikan tulisan melalui media sosial perlu menyertakan data dan fakta secara akurat sehingga informasi yang disampaikan adalah benar adanya bukan hanya sebuah informasi hoax.
Besarnya pasokan informasi yang tersedia di media digital menyebabkan masyarakat dapat mengakses lebih banyak tulisan pendek yang kurang berkualitas. Informasi yang sama tetapi dapat diterima secara berbeda oleh para pengguna internet karena hal ini ditentukan oleh cara berpikir, sifat emosional, serta tingkat spiritual individu yang menerimanya. Akibatnya dapat memicu konflik antar pengguna internet karena banyak masyarakat yang hanya membagikan tautan dan konten ke akun media sosial tanpa mengecek kebenarannya.
Hal tersebut membuktikan bahwa tingkat literasi masyarakat masih rendah di tengah gempuran arus teknologi. Masyarakat belum memahami media digital secara kritis. Misalnya, ketika mereka mendapatkan sebuah informasi, mereka dengan sukarela akan membagikan informasi tersebut melalui akun media sosialnya. Padahal informasi yang dibagikan belum tentu kebenarannya dan bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, tradisi literasi perlu dihadirkan guna menumbuhkan sikap untuk mengkaji informasi terlebih dulu sebelum informasi tersebut dibagikan. Dalam hal ini, setiap orang perlu menggunakan nalar sebelum berbicara dan berpikir kritis sebelum mempercayai informasi tersebut. Dengan demikian, akan terwujud masyarakat yang melek digital sehingga masyarakat akan memiliki daya literasi yang tinggi di tengah perkembangan teknologi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H