Mohon tunggu...
Herliawan Setiabudi
Herliawan Setiabudi Mohon Tunggu... -

Just an ordinary Muslim who wants to be an extraordinary One!\r\n\r\nBerbagi ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Penjara Kita

28 April 2015   01:13 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:37 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kenapa orang mukmin seakan berada dalam penjara di dunia ini? Sebab, banyak hal yang menurut manusia baik, ternyata tidak boleh kita lakukan atu tidak boleh kita nikmati. Maka, tampak seakan-akan banyak hal yang diharamkan di dunia ini. Sedikit-sedikit dilarang, sedikit-sedikit haram. Walau sebenarnya kalau mau kita renungi, ternyata masih sangat lebih banyak hal-hal yang Allah halalkan dibandingkan yang Dia haramkan. Tapi, penilaian manusia mengatakan bahwa aturan-aturan Allah itu sudah cukup merepotkan. Biarlah kita dipaksa masuk surga, ketimbang dengan suka rela terjun bebas ke neraka.

Intinya, orang beriman itu di dunia dapat nikmat, di akhirat dapat lebih banyak lagi yang belum diberikan oleh Allah di dunia. Sedangkan orang kafir, kenikmatannya hanya dirasa di dunia. Di akhirat tidak memiliki jatah lagi karena sudah dia habiskan total di dunia. Orang cerdas pasti akan memilih beriman kepada Allah. Ini sebuah pilihan mudah dan tidak perlu teori bertele-tele untuk menimbang-nimbangnya. Maka Allah yakinkan dalam firman-Nya,


مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ



Barangsiapa yang (dengan amal perbuatannya) menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang (dengan amal perbuatannya) menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagian pun di akhirat. (Asy-Syûrâ [42]: 20)

Larangan-larangan Allah di dunia justru memperlihatkan kasih sayanya kepada hamba. Kasih sayang Allah kepada kita bagaikan seorang perawat yang merawat pasiennya. Banyak pantangan yang harus dijauhi oleh si pasien demi kesehatannya pribadi. Begitu juga kita hidup di dunia ini. Pantangan-pantangan itu harus kita hindari agar diri dan jiwa kita tetap sehat, bersih dari noda maksiat dan dosa. Sehingga, dengan standar ‘sehat’ itu, kita berhak menjadi penghuni surga.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun