Mohon tunggu...
Herliawan Setiabudi
Herliawan Setiabudi Mohon Tunggu... -

Just an ordinary Muslim who wants to be an extraordinary One!\r\n\r\nBerbagi ilmu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Budaya Jepang Mengajari Kita

21 April 2013   19:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:50 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengucapkan salam adalah salah satu ciri masyarakat Jepang. Bahkan termasuk juga ciri polisi Jepang. Tidak jarang polisi lah yang lebih dulu menyapa anggota masyarakat.

Beda banget dengan di negara kita. Semua pengendara kendaraan bermotor kalau lihat polisi kumpul di pinggir jalan, pasti berdesir darahnya. Sebab polisi di negeri kita identik dengan ‘masalah’. Sudah tampangnya serem, eh suka minta duit pula.

Di Jepang, perilaku suka menyapa dengan ramah ini berdampak positif pada citra profesi kepolisian. Menyapa atau mengucapkan salam sudah ditanamkan sejak dini pula, sewaktu mereka menjalani pendidikan. Siswa calon polisi dilatih untuk secara terjadwal berjaga di pos pada saat-saat jam sibuk, yaitu pagi, siang dan sore hari. Mereka diwajibkan menyapa setiap warga yang lewat di depan pos tersebut.

Kalau di Indonesia, seandainya ada polisi menyapa kita di jalan, pasti kita sudah bilang, “Pak s..ss..ssaya salah apa pah, ah..eh..anu…bbbuu bukan saya malingnya, p..pak.” Suka tidak suka, memang begitulah yang terjadi di negeri kita. Sudah terlanjur kita ketakutan duluan lihat polisi. Gawat.

Jangan-jangan salah satu kegagalan pak Adang Daradjatun dalam pilkada Jakarta justru karena sulit mengubah citra pak polisi ini. Di tengah masyarakat kita ini, citra polisi nyatanya memang masih terlalu berat untuk diangkat. Buktinya, pak Adang kalah dan tidak terpilih. Jangan-jangan orang masih trauma dengan sosok polisi kita.

Selalu Minta Maaf dan Terima Kasih

Kalau sering lihat film-film ninja, kesan bahwa orang Jepang itu angker, angkuh, dingin dan kasar memang bisa terbentuk. Padahal sebetulnya orang Jepang itu tentu tidak semuanya ninja.

Yang kami dapati malah sebaliknya, orang Jepang justru sangat ramah dan kalau terjadi apa-apa, mereka lebih dahulu minta maaf.

Contoh sederhana, kalau di jalan kita tersenggol dengan sesama pejalan kaki, maka spontan akan meluncur dari mulut mereka permintaan maaf. Meski pun bukan kesalahan mereka: suimasen…suimasen (maaf…maaf…).

Kalimat lain yang paling sering kami dengar adalah ucapan terima kasih. Kalau tidak salah dengar mereka mengucapkan arigato gozaimasu (betul nggak ya tulisannya?). Tapi percayalah, itulah kalimat yang paling sering kami dengar selama beberapa hari di Jepang.

Pramugari di Sinkansen itu kalau memeriksa tiket, membungkuknya sangat dalam, bahkan ketika menyerahkan tiket yang sudah mereka periksa, bukan hanya membungkuk, tapi kakinya pun mereka tekuk, seperti orang mau berjongkok. Wah, ini sih lebih sopan dari puteri-puteri Keraton di Yogya dan Solo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun