Jeremy Bentham, seorang filsuf dan reformator sosial abad ke-18, memperkenalkan konsep utilitarianisme yang memengaruhi secara mendalam bidang etika, hukum, dan politik. Dasar pemikiran utilitarian Bentham, terutama prinsip kemanfaatan atau "greatest happiness principle," menjadi pondasi bagi pandangan moral yang menekankan pencapaian kebahagiaan sebesar mungkin bagi sebanyak mungkin individu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dasar-dasar pemikiran utilitarian Jeremy Bentham dan bagaimana konsep ini membentuk pandangan etika dan sosialnya.
1. Prinsip Kemanfaatan: Fondasi Etika Utilitarianisme
Pemikiran utama Jeremy Bentham terpusat pada prinsip kemanfaatan, yang menyatakan bahwa tindakan yang benar atau moral adalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan terbesar bagi sebanyak mungkin individu. Prinsip ini menggambarkan esensi dari utilitarianisme, sebuah kerangka pemikiran etika yang menilai kebaikan atau keburukan suatu tindakan berdasarkan dampaknya terhadap kesejahteraan manusia.
Bentham mendefinisikan kebahagiaan sebagai peningkatan kesenangan dan pengurangan penderitaan. Ia meyakini bahwa kebahagiaan ini dapat diukur dan dinilai secara objektif, dan prinsip kemanfaatan menuntut bahwa kita harus memaksimalkan kebahagiaan keseluruhan masyarakat.
2. Manusia sebagai Pencari Kebahagiaan:
Bentham melihat manusia sebagai makhluk yang rasional dan sebagai individu yang secara alamiah mencari kebahagiaan. Menurutnya, kebahagiaan adalah motivasi utama di balik tindakan-tindakan manusia. Pemikiran ini mengakui sifat dasar manusia yang mencari kepuasan dan kesejahteraan dalam hidupnya.
Dengan mengakui kebutuhan ini, utilitarianisme Bentham mencoba mengarahkan individu dan masyarakat menuju tindakan yang dapat memaksimalkan kebahagiaan dan mengurangi penderitaan. Prinsip kemanfaatan menjadi pedoman moral dalam pengambilan keputusan, baik pada tingkat individu maupun kolektif.
3. Kalkulus Kebahagiaan: Menerapkan Metode Ilmiah dalam Etika
Bentham mengembangkan suatu pendekatan ilmiah untuk mengukur dan menilai tingkat kebahagiaan. Ia menciptakan apa yang disebutnya sebagai "kalkulus kebahagiaan" atau Hedonistic Calculus. Kalkulus ini mencakup berbagai faktor yang harus dipertimbangkan dalam menilai tindakan, termasuk intensitas kesenangan, durasi, kepastian, kedekatan waktu, dan kemurnian.
Dengan merinci elemen-elemen ini, Bentham berusaha memberikan dasar objektif untuk mengevaluasi dan membandingkan tindakan-tindakan yang berpotensi mempengaruhi kesejahteraan. Meskipun tidak selalu mudah diterapkan secara praktis, kalkulus kebahagiaan memberikan upaya untuk membawa ilmu pengetahuan dan logika ke dalam domain etika.
  4. Kesetaraan dan Universalitas Prinsip Kemanfaatan: