Penjurusan sekolah telah menjadi topik perdebatan hangat di kalangan pendidik, siswa, dan masyarakat luas. Di satu sisi, penjurusan dianggap dapat membantu siswa mempelajari ilmu sesuai minatnya dan menjadi ahli di bidang tertentu. Namun, di sisi lain, penjurusan juga dikhawatirkan dapat membatasi potensi siswa dan menciptakan hierarki yang tidak sehat di antara guru. Berikut adalah ulasan tentang pro dan kontra penjurusan di sekolah.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Unifah Rosyidi, mendukung penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa di sekolah. Menurutnya, penjurusan memungkinkan siswa mempelajari ilmu sesuai minatnya dan menjadi ahli di bidang tersebut. Harapannya, siswa dapat menguasai semua ilmu dengan baik. Namun, jika tidak siap, siswa mungkin tidak mendapatkan ilmu apa-apa atau hanya mendapatkan sedikit.
Ignasius Sudaryanto, guru Geografi SMA Pangudi Luhur II Servasius Bekasi, juga mendukung penjurusan. Ia beralasan bahwa penjurusan dapat membantu siswa memilih mata pelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Selain itu, penjurusan juga dapat membantu sekolah dalam membagi jam mengajar guru secara lebih efektif.
Namun, tidak semua pihak setuju dengan penjurusan. Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Satriwan Salim, menilai bahwa rencana untuk mengembalikan penjurusan di SMA terkesan terburu-buru. Menurutnya, implementasi Kurikulum Merdeka masih baru dan perlu dievaluasi secara menyeluruh sebelum membuat keputusan tentang penjurusan.
Darmaningtyas, praktisi pendidikan, memiliki pandangan yang berbeda. Ia menilai bahwa penjurusan memiliki lebih banyak sisi positif. Penjurusan dapat membantu membekali siswa yang akan melanjutkan studi ke perguruan tinggi dengan lebih baik. Siswa juga lebih mudah memilih sesuai dengan kemampuan dan bakatnya.
Namun, Bukik memiliki pandangan yang berbeda tentang dampak penjurusan terhadap guru. Menurutnya, penjurusan dapat menciptakan hierarki yang tidak sehat di antara guru. Guru non-IPA mungkin merasa tidak penting dan kehilangan motivasi. Bagi siswa, penjurusan yang kaku dapat mengurung potensi mereka dalam kotak sempit yang tidak selalu relevan dengan minat dan bakat mereka.
Dalam jangka panjang, penjurusan dapat berdampak pada identitas dan arah hidup siswa. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi yang menyeluruh tentang penjurusan di sekolah untuk memastikan bahwa sistem pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan potensi mereka secara optimal. (hes50)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI