Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Es Batu: Lebih dari Sekedar Pendingin, Sebuah Fenomena di Nusantara

19 Desember 2024   14:51 Diperbarui: 20 Desember 2024   09:22 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Batu di  Nusantara (Sumber: Dokpri)

Es batu, yang kini kita anggap sebagai kebutuhan sehari-hari, pernah menjadi simbol status sosial dan kemewahan di Nusantara. Kehadirannya tidak hanya mengubah kebiasaan minum, tetapi juga cara masyarakat bersosialisasi. Artikel ini akan mengulas bagaimana es batu mempengaruhi aspek sosial dan budaya di Indonesia dari masa lalu hingga kini.

Es Batu sebagai Barang Mewah

Pada abad ke-19, es batu adalah barang langka dan mewah yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite, terutama keluarga Belanda yang tinggal di Batavia (sekarang Jakarta). Es batu diimpor dari Amerika Serikat dan tiba di Batavia pada tahun 1846. Saat itu, es batu digunakan sebagai pelengkap minuman bir dan hanya tersedia di daerah-daerah tertentu seperti Meester (sekarang Jatinegara) dan Weltevreden (sekarang Sawah Besar).(sumber)

Kehadiran es batu menjadi simbol kemewahan karena proses pengirimannya yang rumit dan mahal. Es batu harus dibungkus dengan selimut wol untuk mencegahnya mencair selama perjalanan. Harga es batu yang tinggi membuatnya hanya terjangkau oleh segelintir orang kaya. Iklan-iklan di surat kabar pada masa itu menggambarkan es batu sebagai "batu-batu putih sejernih kristal" yang bisa membuat tangan kaku saat dipegang, menambah daya tariknya sebagai barang mewah.

Dampak Sosial

Kehadiran es batu membawa perubahan signifikan dalam kebiasaan masyarakat, terutama dalam hal bersosialisasi dan menikmati waktu luang. Minuman dingin yang sebelumnya hanya bisa dinikmati oleh kalangan elite, mulai tersedia di restoran-restoran dan acara-acara sosial. Es batu menjadi daya tarik utama dalam berbagai pesta dan pertemuan sosial, menciptakan tren baru dalam cara masyarakat berinteraksi.

Pada malam Natal tahun 1846, untuk pertama kalinya, air es disajikan di Hotel Des Indes (yang kemudian menjadi Hotel Duta Indonesia). Penyajian air es ini menjadi sorotan dan menambah kesan mewah pada acara tersebut. Selain itu, pengusaha seperti David Gilet mulai menawarkan layanan penyediaan air es untuk berbagai pesta dengan biaya tertentu, menunjukkan bagaimana es batu mulai menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial masyarakat.(sumber)

Peran Es Batu dalam Perkembangan Kuliner

Es batu tidak hanya mengubah cara masyarakat menikmati minuman, tetapi juga memicu munculnya berbagai inovasi dalam dunia kuliner. Minuman dingin seperti es krim, minuman bersoda, dan koktail mulai populer dan menjadi bagian dari budaya kuliner di Indonesia. Es krim, yang awalnya hanya tersedia dalam bentuk sederhana, kini hadir dalam berbagai varian seperti gelato, sorbet, dan soft ice cream.

Selain itu, es batu juga digunakan dalam berbagai makanan penutup yang menyegarkan. Restoran dan kafe mulai menawarkan berbagai jenis minuman dingin yang menarik, seperti es campur, es teler, dan es buah. Inovasi-inovasi ini tidak hanya meningkatkan pengalaman konsumen, tetapi juga membuka peluang bisnis baru di industri kuliner.

Pabrik es batu mulai berdiri di berbagai daerah, seperti di Molenvliet (sekarang Jalan Gadjah Mada dan Jalan Hayam Wuruk) dan kawasan Petojo di Batavia. Pada tahun 1895, seorang pengusaha Tionghoa bernama Kwa Wan Hong mendirikan pabrik es batu di Semarang, yang kemudian diikuti oleh pabrik-pabrik lain di Tegal, Pekalongan, Surabaya, dan Batavia. Kehadiran pabrik-pabrik ini membuat es batu semakin mudah diakses oleh masyarakat luas, memperluas penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun