Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah (Pram)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Jam Dinding: Penjaga Waktu dan Sejarah Transportasi Hindia Belanda

26 Juli 2024   14:01 Diperbarui: 26 Juli 2024   14:24 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah Anda memperhatikan jam dinding kuno yang terpajang di Stasiun Jakarta Kota? Di balik tampilannya yang klasik dengan angka Romawi dan bandul besar, tersimpan kisah panjang tentang sejarah bangsa. Jam dinding bertuliskan "F.M OHLENROTH, SOERABAIJA-SEMARANG" ini bukan sekadar penunjuk waktu, melainkan jendela menuju masa lalu yang kaya akan cerita.

Dibangun di Belanda pada tahun 1881, jam ini telah menyaksikan perubahan zaman yang begitu cepat. Setiap tik-taknya adalah saksi bisu perjalanan kereta api di Hindia Belanda, menghubungkan berbagai kota dan membawa harapan baru bagi masyarakat.

Sejarah Jam Dinding

Jam dinding ini ternyata bukan produk lokal. Menurut PT KAI, jam buatan Belanda ini lebih tua dari Stasiun Jakarta Kota sendiri. F.M OHLENROTH, toko jam mewah di Hindia Belanda, diduga kuat sebagai pihak yang mendatangkan jam ini ke Nusantara.

Bayangkan, saat itu belum ada ponsel pintar atau jam tangan digital. Jam dinding inilah yang menjadi patokan waktu bagi para penumpang kereta. Bandulnya yang berayun teratur menciptakan irama yang menenangkan di tengah hiruk pikuk stasiun. Namun, seiring berjalannya waktu, jam-jam kuno seperti ini semakin langka. Usia tua dan kurangnya perawatan khusus membuat banyak diantaranya rusak atau bahkan hilang. Padahal, setiap bagian dari jam ini menyimpan nilai sejarah yang tak ternilai.

Keunikan Desain

Salah satu keunikan jam ini adalah penggunaan angka Romawi dengan penulisan "IIII" untuk angka 4, mirip dengan Jam Gadang di Bukittinggi. Selain itu, mekanisme bandul besarnya yang presisi menjadi ciri khas jam-jam kuno.

Mari kita jaga warisan budaya ini agar generasi mendatang dapat merasakan sentuhan sejarah yang sama. Jika Anda mengetahui keberadaan jam dinding kuno serupa, jangan ragu untuk berbagi informasi. Bersama-sama, kita dapat melestarikan benda-benda bersejarah ini agar tetap menjadi bagian dari kehidupan kita. (hes50)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun