Mohon tunggu...
Herlambang Saleh
Herlambang Saleh Mohon Tunggu... Guru - Guru

Hobi Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Dewasa, antara Ego dan Kebijaksanaan

29 Juni 2024   23:30 Diperbarui: 29 Juni 2024   23:39 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi AI Dokpri

Pernahkah Anda merasa terjebak di antara ego dan kebijaksanaan? Di saat usia terus bertambah, namun jiwa masih terasa kekanak-kanakan? Ya, perjalanan menuju kedewasaan memang penuh dinamika, bagaikan menapaki jalan terjal yang mengantarkan kita pada kebijaksanaan. Seperti kata Oprah Winfrey, "Kedewasaan adalah kemampuan untuk melakukan apa yang benar, bahkan ketika tidak terasa menyenangkan."

Kata "dewasa" mengandung makna yang dalam. Ia bukan sekadar tanda bertambahnya usia, melainkan juga proses yang memperkaya kita secara fisik, psikis, dan kejiwaan. Bagaimana seseorang tumbuh dan berkembang dalam dinamika ini?

Menua adalah takdir yang tak terhindarkan, namun menjadi dewasa memerlukan perjuangan. Proses ini tidaklah mudah. Di antara ego dan harga diri yang terkadang terlalu tinggi, orang dewasa menghadapi tantangan yang berbeda dengan anak-anak.

Bayangkan, saat kecil kita mudah memaafkan teman yang mengambil mainan kita. Namun, seiring bertambahnya usia, memaafkan menjadi lebih sulit. Ego dan rasa dendam mulai menggerogoti hati. Inilah salah satu tantangan terbesar dalam proses pendewasaan: menjinakkan ego dan belajar memaafkan. Seperti kata Nelson Mandela, "Memaafkan bukan berarti melupakan apa yang terjadi. Tapi memaafkan berarti membebaskan diri dari rasa sakit."

Menjadi dewasa bukan hanya tentang usia, tapi juga tentang bagaimana kita merespon ujian kehidupan. Ketika dihadapkan pada kesedihan, kekecewaan, atau kemarahan, orang dewasa mampu mengatasinya dengan kepala dingin. Mereka tidak mudah terhanyut emosi dan selalu mencari solusi terbaik. Seperti kata Albert Einstein, "Orang yang tidak pernah membuat kesalahan adalah orang yang tidak pernah mencoba sesuatu yang baru."

Bagi sebagian orang, menjadi dewasa mungkin terasa seperti mendaki gunung yang curam. Penuh dengan tanjakan terjal, jurang yang menganga, dan badai yang tak terduga. Di tengah perjalanan, kita mungkin tersandung ego dan harga diri yang masih tinggi, mudah terluka oleh perkataan orang lain, dan sulit untuk memaafkan kesalahan. Kita dihadapkan pada berbagai rintangan yang tak pernah dihadapi di masa kecil, seperti tuntutan pekerjaan, konflik dalam hubungan, dan rasa kehilangan.

Semua tantangan yang kita hadapi sebenarnya adalah sarana yang Allah berikan untuk mendewasakan kita. Proses ini penuh dinamika dan intrik. Namun, perlu diingat bahwa kedewasaan tidak selalu sejalan dengan usia. Kematangan emosional tidak selalu mengikuti perkembangan fisik. Terkadang, kita masih berjiwa kekanak-kanakan.

Apa yang membedakan orang dewasa dari kekanak-kanakan? Berikut beberapa poin yang relevan:

  • Berbicara dan Mendengarkan: Orang dewasa lebih empati dan cenderung mendengarkan lebih banyak daripada berbicara. Diskusi yang berkualitas memerlukan keterlibatan aktif dari kedua belah pihak.
  • Bersyukur: Orang dewasa berusaha bersyukur atas apa yang dimilikinya. Sebaliknya, kekanak-kanakan sering mengeluh dan lupa menghargai apa yang ada.
  • Memahami Ketidaksempurnaan: Orang dewasa tahu bahwa tidak ada yang sempurna. Mereka lebih mudah memaafkan kesalahan, karena mereka sadar bahwa setiap orang bisa salah.
  • Kenyamanan Diri: Orang dewasa merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Ini memungkinkan mereka lebih percaya diri dan tidak terlalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang mereka.
  • Menghargai Perbedaan: Orang dewasa menghargai perbedaan. Mereka memahami bahwa setiap orang memiliki cara pandang, potensi, kelebihan, dan kekurangan yang berbeda.
  • Memberi Jeda: Orang dewasa memberi jeda sebelum mengambil sikap. Mereka melihat peristiwa secara jernih dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan.

Dalam perjalanan menuju kedewasaan, kita menghadapi dinamika yang memperkaya kita sebagai individu. Tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga perubahan psikis dan kejiwaan. Kita belajar untuk bersyukur, memaafkan, dan menghargai perbedaan. Kedewasaan bukan hanya tentang usia, melainkan tentang bagaimana kita merespons ujian kehidupan dengan bijaksana.

Semoga perbaikan tulisan ini membantu Anda memahami lebih dalam tentang proses menjadi orang dewasa. (hes50)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun