Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) adalah salah satu terobosan paling luar biasa dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia. Bagi saya, program ini bukan hanya sekadar kesempatan untuk belajar di luar kelas, tetapi juga sebuah perjalanan untuk mengenal keberagaman—baik itu dari sisi budaya, daerah, maupun latar belakang pendidikan. Saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari program ini, yang mempertemukan mahasiswa dari berbagai pelosok Nusantara.
Sebagai mahasiswa yang pernah ikut program ini, saya merasa bahwa MBKM memiliki dampak yang sangat besar, bukan hanya untuk perkembangan akademik, tetapi juga dalam membentuk kehidupan sosial mahasiswa. Program ini, dengan segala aspeknya, mampu meruntuhkan banyak stereotipe yang sudah lama melekat di masyarakat.
Stereotipe Mahasiswa PTN vs. PTS
Salah satu hal yang ingin saya soroti adalah stigma yang sering muncul terhadap mahasiswa Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Di masyarakat, ada anggapan bahwa mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lebih unggul dibandingkan mereka yang berkuliah di PTS. Stereotipe ini tidak hanya menyudutkan mahasiswa PTS, tetapi juga menciptakan kesenjangan yang tidak adil.
Padahal, jika kita bicara tentang kualitas pendidikan, banyak universitas ternama di dunia adalah perguruan tinggi swasta, seperti Harvard, Stanford, MIT, dan Yale. Namun, di Indonesia, stigma ini tetap bertahan. Mengapa demikian? Salah satu alasannya mungkin karena sistem pendidikan kita yang terlalu menonjolkan status institusi daripada melihat potensi individu.
Yang lebih miris lagi, diskriminasi ini tidak hanya terjadi di kampus, tetapi juga merambah ke dunia kerja. Banyak perusahaan yang lebih memprioritaskan lulusan PTN tanpa benar-benar mengevaluasi kemampuan soft skill dan hard skill dari kandidat lainnya. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi mahasiswa PTS untuk membuktikan diri.
MBKM sebagai Solusi untuk Kesetaraan dan Mengatasi Kesenjangan
Melalui program MBKM, saya melihat bagaimana mahasiswa dari berbagai kampus, baik PTN maupun PTS, bisa saling bekerja sama, berbagi ide, dan tumbuh bersama. Program ini mematahkan banyak stereotipe dan membuka ruang bagi mahasiswa PTS untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas yang sama baiknya. MBKM menjadi bukti nyata bahwa setiap mahasiswa, terlepas dari asal kampusnya, memiliki potensi untuk bersaing dan berkontribusi.
Selain itu, MBKM juga memberikan pengalaman yang sulit ditemukan di bangku kuliah. Saya bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah, belajar tentang budaya mereka, dan memahami perspektif yang berbeda. Semua ini tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga membentuk saya menjadi pribadi yang lebih inklusif.
Saya berharap, program-program seperti MBKM ini bisa terus dilanjutkan dan dikembangkan. Pemerintah dan institusi pendidikan juga perlu lebih sadar akan pentingnya menghapus kesenjangan antara PTN dan PTS, baik dari segi kesempatan pendidikan maupun akses ke dunia kerja.
Sebagai mahasiswa, kita juga memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung, tanpa memandang latar belakang institusi pendidikan. Bukankah kita semua dibekali dengan kemampuan kognitif yang baik untuk berpikir lebih bijak dan adil? Jangan biarkan stigma-stigma lama terus hidup dan menyakiti mereka yang sering diremehkan. Mari kita bersama-sama menciptakan ruang yang setara, di mana semua mahasiswa, baik PTN maupun PTS, dapat berkembang dan bersaing secara sehat.