Apa itu SPIN, bagaimana tejadinya, dan bagaimana "recover"nya?
Badan Otoritas Keselamatan Penerbangan Amerika Serikat (FAA) mendefinisikan " Spin as an aggravated stall  that result an airplane descending in a helical or corkscrew path".Jadi spin sebenarnya adalah peristiwa "basic stall" yang diperparah oleh gerakan berputar turun seperti spiral.  Spin akan terjadi apabila pesawat stall dengan konfigurasi salah satu wing lebih rendah  dari  lainnya.Â
Misalnya dalam posisi pesawat sedang berbelok kekiri, maka wing sebelah kiri lebih  rendah dari wing sebelah kanan, "angle of attack" nya lebih besar, karenanya akan mendapat "drag" yang lebih besar dan "lift" yang lebih kecil dari pada wing sebelah kanan, sehingga bila pesawat stall, akan diperparah dengan gerakan putar seperti  spiral kearah kiri. Demikian pula akan terjadi sebaliknya apabila pesawat "stall" pada saat berbelok kekanan, putaran spin akan kearah kanan. Â
Dari uraian beberapa fakta dan keterangan tersebut diatas, tentunya akan timbul beberapa pertanyaan, antara lain  :
a. Â Â Apakah para penerbang kita di Indonesia tidak cukup "familiar" dengan yang namanya "SPIN" dan bagaimana cara "recover"nya?
b. Â Â Apakah Sekolah Penerbang-Sekolah Penerbang yang ada di Indonesia termasuk STPI Curug dan BP3 Banyuwangi dalam kurikulum dan silabusnya tidak tercantum pelatihan tentang spin?
Di dalam "Advisory Circular"yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara AC-141-01 berupa saran dan anjuran Kurikulum dan Sillabus bagi Sekolah Penerbang-Sekolah Penerbang di Indonesia memang ada tercantum spin (di Lesson plan A-8) namun hanya "incipient spin entry & recovery". Â
Meskipun Advisory Circular tersebut sifatnya hanya sebagai saran tetapi ditekankan untuk digunakan sejalan dengan peraturan-peraturan berlaku dan terkait, namun hingga saat ini belum kelihatan iplementasinya secara nyata.
Kebijakan pimpinan Sekolah Penerbang untuk memberikan atau tidak pelatihan beberapa "critical maneuver" kepada para siswanya didasari atas pertimbangan yang banyak. Â
Misi penerbangan komersial yang pada dasarnya hanya penerbangan "point to point" yang hanya menuntut kemampuan "take off & landing, straight & level" serta kemampuan navigasi yang baik sehingga dirasa tidak mutlak diberikan pelatihan beberapa "critical maneuver" yang kurang diperlukan.
Disamping itu ada juga yang dipertimbangkan dari jenis pesawat latihnya yang tidak direkomendasikan untuk membuat gerakan spin oleh fabrikan pembuat pesawatnya.
Pertimbangan lain adalah ketersediaan flight instructor yang mempunyai kualifikasi untuk  mendemonstrasikan gerakan dan "recovery" spin kepada para siswanya.
Lain halnya dengan Sekolah Penerbang TNI-AU di Lanud Adisucipto Jogyakarta, pelatihan gerakan Spin dan cara "recover"nya adalah mutlak diberikan kepada setiap siswa , baik pada saat terbang "dual" maupun sewaktu terbang "solo".
Bagaimana cara "recover"?