Rabu 6 April 2011 Hari ini mungkin jadi hari yang tidak menyenangkan buatku. Bayangkan saja, sejak tiba di kantor tidak ada pekerjaan yang bisa aku lakukan kecuali sekedar menahan kantuk dan memandangi layar komputer. Dokumen dari area-area belum juga ada yang datang, alhasil aku harus menunggu untuk waktu yang lama. Biasanya hari Rabu menjadi hari yang paling sibuk karena target pekerjaan mingguan sudah harus selesai. Jenuh dan sedikit stres rasanya kalau ke kantor tidak ada yang bisa dilakukan. Lebih baik di rumah saja pikirku. Tiba-tiba lamunanku langsung terbang membayangkan para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang katanya tiap hari nyaris tidak ada pekerjaan. Menurut sebuah sumber yang tidak dapat dipercaya, PNS mengawali harinya dengan absen, kemudian duduk-duduk sembari ngopi dan baca koran sampai sekitar jam sepuluh. Lantas dilanjutkan dengan ngobrol seputar Liga Champion, Luna Maya, atau promosi-promosi di Mal sampai jam sebelas. Tidak lupa mereka juga menyempatkan diri membahas rencana makan siang mereka sebentar lagi. Pulang makan siang mereka coba menyempatkan diri menyalakan komputer dan melihat ada pekerjaan apa yang bisa dilakukan. Kalau pekerjaannya cukup banyak dan merepotkan, mereka cukup minta pada para CPNS untuk mengerjakannya. Maklum sajalah karena CPNS terbilang junior dalam dunia persilatan pegawai pemerintahan. Sekitar jam tiga sore, ruang obrolan dan diskusi pun dibuka kembali. Namun materi diskusinya adalah nanti mau pulang lewat jalur mana, naik jemputan atau kendaraan pribadi, atau naik kendaraan umum dan mau mampir kemana. Hingga kini belum ada yang bisa memastikan apakah banyaknya waktu luang tersebut lebih karena jumlah pegawai yang terlalu banyak, mental pegawai yang malas, atau memang takdir yang membuatnya. Alhasil wajar jika PNS menjadi incaran sejuta umat manusia di Indonesia. Kerja singkat, uang padat dan cepat. Kalau boleh dibilang, gaji PNS sekarang sudah jauh lebih baik dari pada PNS semasa orde baru. Bahkan gaji PNS sekarang sudah bisa lebih baik dibanding dengan gaji di perusahaan swasta. Itu pun belum lagi adanya fasilitas pinjaman uang dari bank daerah dengan cara Gadai SK PNS. Katanya kalau PNS lebih terjamin dan minim resiko PHK. aaaahhh... ada-ada saja negeri ini... Kali ini masih menurut sumber yang tidak dapat dipercaya, PNS di kota besar seperti Jakarta memiliki skema penggajian dua kali setiap bulan. Para PNS akan mendapatkan gaji setiap tanggal 1 dari pemerintah pusat. Besarnya adalah sama tergantung dari pangkat dan golongan mereka. Kemudian setiap tanggal 20, PNS akan mendapatkan gaji lagi dari pemerintah daerah. Besarnya lumayan, antara 3 - 5 juta setiap bulan untuk masing-masing PNS bahkan bisa lebih besar nilainya. Gaji tanggal 20 tersebut dinamakan Tunjangan Kesejahteraan Daerah (TKD). Dalam sebuah obrolan dengan seorang teman PNS sebut saja Fauzi, aku tanyakan bagaimana mekanisme pemberian TKD tersebut. Jawabannya ternyata sederhana, tergantung dari penilaian atasan terhadap anak buahnya. Aku lantas berpikir, jika penilaian dari atasan, maka hasil penilaian itu pastinya bersifat subjektif. Hasil akhirnya akan muncul jumlah persentase yang berbeda-beda atas setiap PNS. Namun itu secara teori, pada prakteknya semua PNS akan mendapat TKD paling tidak rata-rata sebesar 99,99 persen. Setahuku Fauzi dalam urusan pekerjaan biasa-biasa saja. Bahkan soal kehadiran pun tidak bisa diandalkan tepat waktu. Lantas aku terus tanyakan bagaimana angka 99,99 persen itu bisa muncul. Jawaban serta pemikirannya semudah Fauzi menjawabnya. "Kata atasanku, ah, ngapain dibuat persen-persen yang susah...toh yang menggaji bukan saya dan juga bukan uang saya kan ??"... Inilah wajah Indonesia, mereka yang tidak bekerja justru mendapat gaji dari kami yang bekerja. Mohon maaf, tulisan ini dibuat tanpa ada maksud tendensius terhadap PNS. Sementara tulisan ini dibuat, penulis masih yakin bahwa masih banyak PNS yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh dan memberi pelayanan maksimal bagi masyarakat banyak. Semoga citra PNS bisa lebih baik lagi... wassalam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H