Terkadang terlintas rasa kasihan pada calon-calon anggota legislatif. Pasalnya, di satu sisi rakyat menginginkan mereka sebagai pembawa aspirasi, namun di sisi lain mereka dijadikan menjadi gudang uang oleh oknum tertentu. Contoh kasus di salah satu daerah di Sulawesi Selatan, sekelompok masyarakat memanfaatkan ajang ini untuk “ memeras” sang Caleg. Ada yang mengirimkan proposal dana dengan dana fantastis, ada yang melakukan penjualan barang dagangannya ke rumah sang caleg dan ada pula sekelompok pemuda yang menyasar sang caleg sebagai penyandang dana kegiatan mereka terutama menjalankan bazar ke rumahnya. Harga Rp. 20.000 disulap khusus menjadi Rp. 100.000. Mereka pun datang berombongan dengan trik bahwa mereka pasti akan memilih sang caleg.Jika sang caleg hanya memberikan bantuan seadanya, maka orang –orang tersebut mencibir bahwa sang Caleg tersebut pelit dan tidak layak dijadikan pilihan.
Belum lagi tim pemenang beberapa caleg yang “nakal” seolah-olahmereka hendak menjadikan caleg tersebut untuk menambah pundi-pundi uangnya. Ada yang minta televisi layar datar, minta disediakan rokok dalam jumlah tertentu setiap hari, dan beberapa tindakan yang macam-macam yang terbilah wah.
Pada dasarnya, tidak semuanya caleg punya keuangan yang baik. Lalu bagaimana dengan caleg yang benar-benar hendak perjuangkan rakyat, namun hidup dalam keterbatasan ekonomi. Apakah mereka tak layak dipilih? Bukankah kegiatan diatas sama halnya dengan politik uang. Bagaimana bisa menciptakan kegiatan pemerintahan yang baik jika rakyatnya saja sudah demikian. Menurut saya, rakyat dan tim pemenangan calegyang baik adalah orang yang tidak neko-neko, sering berdiskusi dengan sang caleg dalam hal menyampaikan permasalahan yang kruasial di daerah pemilihannya , menjadi promotor yang baik dalam mengawal sang calon yang benar-benar dianggap kader berkompeten dan berintegritas.
Menyangkut ongkos-ongkos tersebut, yah mintalah yang sewajarnya , jangan terlalu banyak menuntut mereka. Toh, pasti ada uang pengertian dari sang caleg kok tapi dalam batas seadanya saja. Mereka saja sudah pusing dengan perolehan suara yang mereka dapatkan nantinya, jangan pula ditambah dengan jumlah uang yang hendak mereka gelontorkan.
Apa anda tidak tega jika caleg yang anda "peras" dan tidak berhasil masuk dalam panggungpemerintahan harus berakhir di rumah sakit jiwa?
Salam mahasiswa Universitas Hasanuddin, Heriyanto Rantelino
Facebook: Heriyanto Rantelino
Twitter: @Ryan_Nebula
085242441580
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H