Keseruan di Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika bertambah dengan kehadiran dua bocah yang punya tingkah laku lucu dan menggemaskan Adalah Diego dan Genisa. Diego adalah bocah lelaki  dari Ibu Fila dan Genisa adalah bocah perempuan dari Ibu Elisabeth.  Keduanya punya perangai yang mengundang banyak perhatian dan selalu menarik untuk didekati.
Diego yang cenderung kalem tapi super hiperaktif, bergerak kesana kesini ibarat orang yang tidak ada kata capek dalam kamus kehidupannya yang bisa diprediksi memiliki bibit sabagai sosok pemain sepakbola hebat di masa depan. Genisha dengan tingkah laku kritisnya, dimana apa yang ditanyanyakannya tidak akan ada habis-habisnya yang bisa diprediksi memiliki bibit  sebagai sosok hakim yang hebat di masa depan.Â
Ulah mereka mengingatkan saya  sewaktu seumuran dengan  mereka dimana saya juga sering dibawa Ibu ke tempat kerjanya di salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA). Namanya bocah lelaki, ada saja gerak tambahan yang dilakukannya. Kata ibu, saya juga anak yang hiperaktif tapi golongannya hiperaktif rese' alias suka buat kegaduhan.  Saya membuat berbagi ulah agar mendapat perhatian dari orang sekitar.
Salah satu bentuknya adalah sering mengganggu murid-murid dengan kapur tulis. Jaman dulu kan masih menggunakan kapur tulis. Ide kreatif saya  muncul, saya mengikis beberapa kapur batangan hingga menjadi serbuk, lalu saya dekati murid-murid mama yang lagi konsentrasi belajar, setelah itu meniupkan serbuk tersebut ke wajahnya. Selain itu saya menggunakan penghapus papan tulis yang sudah berlumuran kapur, lalu saya kebas-kebaskan ke para pelajar. Bagi saya kala itu,  suara jeritan dan kegaduhan menjadi sumber kekuatan dan semangat saya untuk terus berkarya ke setiap kelas mama mengajar.
Lucunya, jika saya tidak berulah, saya didekati  siswa-siswi untuk menarik perhatian mama dengan harapan dapat nilai pelajaran bahasa indonesia yang baik di rapor. Tapi kalau memegang "senjata andalan",  malah dijauhi bak teroris yang mesti harus dihindari. Tapi terkadang juga, ulah hiperaktifku dimanfaatkan sejumlah murid dikala ulangan berlangsung.Â
Sekedar informasi, sosok Ibuku adalah guru yang tidak bisa mentolerir siswa yang menyontek. Murid-murid Mama tidak kehilangan akal. Saya  dipancing untuk menunjukkan kebolehan. Alhasil saya mengebas-ngebaskan pengapu papan tulis tersebut. Akibatnya baju saya kotor terkena sisa-sisa kapur, lalu mama membawa saya ke toilet dan momen itu  dimanfatkan siswa-siswa menyontek. Dasar siswa-siswi modus .Untuk  menghentikan "agresi militer" yang saya perbuat, mau tak mau Mama memanggil asisten rumah tangga yang khusus mengurusi saya. Berhentilah momen perang tersebut tapi saya yakini murid-murid tersebut kangen dengan ulahku saat itu.
Kembali ke topik awal. Â Dibalik sosok Diego dan Genisha yang menggemaskan mereka, mereka tergolong anak yang cerdas. Mereka tahu kapan harus diam kapan harus "show up". Tidak mengganggu aktivitas staf yang lagi bekerja dan yang terpenting tidak ucapkan kata-kata yang tak pantas diucapkan seorang anak kecil. Kata orang bijak, kualitas anak yang baik dan cerdas tak jauh dari peran orang tuanya dalam mendidik anak-anaknya. Boleh dikata, Ibu Elis dan Ibu Fila tergolong orang tua yang bisa memproteksi diri anak-anaknya dari pengaruh buruk dari luar dan memfasilitasi segala sesuatu yang menunjang perkembangan mental dan emosional.
Diego dan Genisha ibarat staf cilik dari Dishubkominfo Mimika. Semoga semakin cepat besar, semakin cerdas, menjadi anak yang taat ibadah, dan menjadi anak yang bisa membanggakan kedua orang tuanya. Semangat adek-adek manis.
Penulis:
Heriyanto Rantelino, Staf Dinas Perhubungan Kabupaten Mimika, Papua
Facebook: Heriyanto Rantelino
No telepon/Whatsapp : 085242441580
Line : Ryanlino