Iri hati membawa seseorang ikut campur kehidupan orang disekitarnya. Dia mulai membuat asumsi/persepsi/analogi lalu buat kesimpulan sendiri tentang kehidupan orang.
Contoh pertama, Ketika Pace A iri pada Pace B karena Pace B mendapat jabatan sebagai pejabat di suatu instansi. Dia beramsumsi bahwa orang tersebut menjadi pejabat karena main mata dengan orang di pemerintahan kabupaten/provinsi/pusat. Padahal kenyataannya, Pace B memang layak jadi pejabat karena memenuhi persyaratan administrasi menjadi pejabat mulai dari golongannya, gelar pendidikannya, dan saat seleksi kompetensi , dia lulus karena memang berkompeten.
Contoh kedua, ketika Mace A melihat Mace C membeli berbagai barabg mulai dari motor, tanah, kulkas, TV, dan aneka barang lain. Mace A berspekulasi bahwa Mace C pasti korupsi atau ikut pesugihan.Â
Padahal kenyataannya Mace C dapat uang karena hasil usahanya meningkat, dapat warisan orang tua, atau mungkin karena ambil kredit. Gak mungkin kan Mace C lapor pada mace A tentang semua pemasukannya, emang Mace A petugas pajak tempat lapor-lapor.
Contoh ketiga, ketika Kaka A melihat Kaka D jalan sama cewek pucuk di mobil dan di pasar. Kaka A pun berasumsi pasti Kaka D sewa ladies/perempuan bayaran untuk jalan bareng. Pace A pun sebar gosip di lingkungan sekitar dan Whatsapp. Padahal kenyataannya Pace D lagi jalan sama adik bungsunya atau keponakannya.
Kita sering beramsumsi, berspekulasi, menjudge dan mengambil kesimpulan sendiri akan kehidupan orang lain.Hidup tak sederhana apa yang kita perkirakan. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Orang yang terlalu sibuk campuri urusan orang lain biasanya dilatarbelakangi faktor iri hati dengan jabatan,kebahagiaan atau kekayaan orang tersebut.
Sesungguhnya, kita tak tahu bagaimana susah payahnya,pengorbanan, perjuangan, kesabaran orang tersebut hingga mencapai apa yang ingin dicapai.
Yang pasti, garis tangan orang beda-beda. Kita tak pernah maju-maju karena waktu yang produktif untuk berkarya terbuang sia-sia karena hanya digunakan untuk pantau dan pusingi kehidupan orang disekitar kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H