Rasa idealisme hampir melekat pada diri setiap mahasiswa apalagi yang bergerak di organisasi kemahasiswaan. Berbagai pemikiran, kajian, diskusi, pendapat yang kritis dilakukannya demi membuktikan keeksistensian mahasiswa sebagai salah satu pilar perubahan. Mereka mengkritisi berbagai  permasalahan mulai dari kebijakan pemerintah, kebijakan kampus, fenomena terkini dan masih banyak lagi. Diharapkan mereka membawa suara yang termarginalkan untuk kemudian disuarakan kepada pihak terkait.
Namun kenyataannya, setelah menamatkan pendidikannya di bangku kuliah dan terjun dalam dunia kerja, perlahan tapi pasti banyak yang nampak berubah. Mereka  tak sekritis  dahulu, berubah arah haluan pemikiran, amnesia akan apa yang diperjuangkan selama ini, tidak berpihak pada akar rumput, menjadi bagian dari mafia dan tampak mulai akrab dengan para aktor-aktor yang punya sepak terjang kurang baik dalam pemerintahan.Selidik punya selidik ada alasan-alasan tersendiri mereka mulai bertindak demikian diantaranya:
1. Tak tahan dengan situasi dimana dia menjadi  minoritas dalam lingkungan kerjanya. Karena tak tahan dengan kondisi demikian, Dia mulai beradaptasi dan ikut arus (follower). Dengan demikian, dia merasa tak diasingkan lagi sehingga merasakan kebetahan dalam lingkungan kerja. Â
2. Berubah haluan karena tergiur dengan kekayaan finansial dengan cara instan. Mereka beranggapan bahwa jika tetap mempertahankan idealismenya, maka Dia takkan berkembang dan susah memperoleh penghasilan yang melimpah.
3.Mengincar jabatan dengan menjadi penjilat. Dengan alasan agar Bos senang, dia melakukan hal yang bertentangan dengan hati nuraninya demi memuluskan rencananya menduduki jabatan prestisius di lingkungan kerja.
4. Demi meningkatkan elektabilitas di lingkungan kerjanya, Dia mengikuti keinginan  mayoritas di kantornya dengan mempertaruhkan sikap kritisnya.
5.Agar bisa memperlancar bisnisnya, Dia mendekati orang-orang yang dipandang punya kekayaan finansial yang melimpah sekalipun track record orang yang diincar tersebut tidak baik.
6. Menurunkan kadar idealismenya dengan mencoba menceburkan diri dalam situasi yang kurang bersahabat dengannya dengan tujuan untuk mengetahui permasalahan yang sebenarnya terjadi. Pengalaman bersama aktor-aktor tersebut dipandang akan memberikan pengetahuan yang cukup baginya untuk menyelidiki permasalahan yang sebenarnya terjadi di lapangan. Kelak ini menjadi modal baginya menjadi seorang pemimpin yang akan menggebrak berbagai kegiatan revolusioner dalam menciptakan perubahan yang lebih baik.
Penutup
Seorang mantan mahasiswa diharapkan mampu menyesuaikan diri  dalam lingkungan kerjanya. Bertindak seperti ikan di laut yang walaupun berada di air asin tapi tak menjadikan dirinya menjadi asin. Banyak harapan masyarakat tersemat pada mereka agar menjadi sosok yang benar-benar bisa mewakili akar rumput.  Sebenarnya hati mereka berkecamuk namun pada akhirnya situasi dan kondisilah yang membuat mereka berkelakukan demikian. Â
Penulis: