Mohon tunggu...
Heriyanto Rantelino
Heriyanto Rantelino Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pemuda Papua Yang Menikmati Petualangan sebagai ASN Sekretariat Daerah Di Belitung Timur

ASN Belitung Timur, Traveler, Scholarship Hunter. Kontak 0852-4244-1580

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Helvy Tiana Rosa, Idealis dalam Berkarya di Dunia Kepenulisan

5 Oktober 2014   21:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:17 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_346104" align="aligncenter" width="504" caption="Helvy Tiana Rosa dan Novel Ketika Mas Gagah Pergi (dok:sastrahelvy.com)"][/caption]

Akhirnya setelah penantian selama 4 tahun lebih, saya bertemu langsung dengan salah satu inspirasiku dalam dunia kepenulisan, Helvy Tiana Rosa. Beliau menyempatkan bertandang ke Makassar akhir bulan September 2014 membagikan ilmu kepenulisan sekaligus meporomosikan filmnya yang akan diangkat ke layar lebar yaitu Ketika Mas Gagah Pergi.

Sekedar info, wanita alumnus Universitas Indonesia ini juga merupakan salah satu pendiri forum kepenulisan terbesar di Indonesia, Forum Lingkar Pena, dimana saya juga salah satu anggotanya. Berbagai penghargaan beliau dapatkan antara lain Peraih Anugerah Sastra Balai Pustaka dan Majalah Horion untuk kategori tokoh sastra, The World Most 500 Influential Muslims, Royal Islamic Strategic Studies Centre, Jordan 2012, Ibu Inspiratif Majalah Noor, Tokoh Sastra Eramuslim Award dan masih banyak lagi.

Jujur saya, saya pikir beliau adalah sosok yang kalem dan jaim, namun dosen UNJ ini ternyata adalah seorang wanita yang energik, rendah hati, ramah, dan easy going. Hal ini terlihat ketika  baru saja tiba di bandara, langsung datang ke lokasi acara. Tak tampak raut rasa capek dan letih di wajahnya. Kerendahanhatiannya tampak ketika  beliau sendiri mengatur stand banner yang beliau bawa di atas panggung saat sang moderator sedang berbicara.. Belum lagi saat ada kesalahan teknis dimana microphone yang moderator pakai mengalami gangguan. Bunda Helvy rela microphonenya dipake berganti-gantian dengan sang moderator.

Ibu dari Faiz dan Nadya ini memberikan pencerahan tentang dunia kepenulisan antara lain

Menulis itu berjuang, mencintai, jihad,membagikan cinta dan mencerahkan.

Hindari tulisan yang menggurui

Menulis untuk kebaikan diri sendiri

Dalam menghasilkan suatu tulisan yang bermanfaat, maka posisikan diri sebagai penulis sekaligus pembaca

Jangan ikuti mood dalam menulis

Jangan mengkambinghitamkan mood dalam berkarya.

Harus disiplin dalam menulis. Jika ingin terbitkan buku, yah cicil perhari 1 halaman satu tulisan maka nanti setahun sudah ada 365 halaman.

Produksi Film Ketika Mas Gagah Pergi

[caption id="attachment_346106" align="aligncenter" width="672" caption="Sahabat Mas Gagah Berpose bersama Bunda Helvy (dok:Sahabat Mas Gagah Facebook)"]

1412492315168574027
1412492315168574027
[/caption]

Menurut beliau, novelnya telah ditawari oleh 3 Production House, namun Bunda Helvy menolak tawaran karena ada beberapa permintaan pihak PH yang bermaksud ingin merubah beberapa bagian dalam novelnya . Contohnya saja ada adegan-adegan yang ingin beliau tampilkan seperti perbincangan jilbab dan adegan penanaman pohon dalam film yang hendak ditiadakan pihak PH. Karena hal inilah beliau menolak difilmkan pihak PH tersebut. Bunda Helvy tak ingin novelnya kehilangan ruh ketika difilmkan. Tawaran uang tak mengubah idealisnya dalam berkarya. Beliau ingin memberi pencerahan mengenai nilai-nilai Islami. Ia tak mau novelnya senasib dengan novel adiknya, Asma Nadia yang kini diangkat ke layar sinetron. Kata beliau, walaupun bukunya bagus, sangat disayangkan filmnya tak mencerminkan isi film tersebut. Dipress sana sini dan diacak-acak hanya untuk memunculkan efek dramatisasi dan memenuhi selera pasar.

Ada satu hal yang membuat saya makin terkesan pada Bunda Helvy. Beliau mengatakan bahwa forum kepenulisan yang dia dirikan membuka pintu selebar-lebarnya pada orang-orang yang punya minat kepenulisan tanpa memandang adanya perbedaan baik itu suku, agama dan latar belakang. Tak salah memang saya memasukkan beliau sebagai salah satu inspirasiku.

Walaupun saya agama Nasrani, saya secara pribadi mendukung novel ini diangkat menjadi sebuah film. Saya yakin film ini mengandung nilai-nilai kebaikan dan mampu mencerahkan umat.



Salam Dunia Kepenulisan! Ewako

Anggota FLP Ranting Unhas/ Sahabat Mas Gagah Makassar, Heriyanto Rantelino

Facebook: Heriyanto Rantelino
Twitter: @Ryan_Nebula
No Kontak :085242441580

1412492412300779012
1412492412300779012


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun