Mohon tunggu...
Herry Stw
Herry Stw Mohon Tunggu... -

Silent and Smile

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar itu Menyenangkan... Seharusnya ?

15 Oktober 2012   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:50 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

“Masa sekolah, masa sekolah,

Masa-masa yang penuh aturan

Membaca dan menulis dan berhitung

Diajarkan seirama ketukan tongkat kayu!”

( school days)

Belajar seirama tongkat kayu,,perpaduaan antara rasa sakit dan belajar. Hilanglah rasa gembira dan kebebasan dalam belajar. Sebagai gantinya adalah kekerasan, kekejaman, tekanan, pengurungan, dan dihindarinya kesenangan secara sadar. Dilingkungan kita, perpaduan antara rasa sakit dan belajar pun sangat jelas,seperti peribahasa”tanpa sakit tak ada hasil “ merupakan keyakinan tersembunyi.

“ Kegembiraan, hasrat, dan kreativitas liar harus ditindas dan dijinakan.”

Baik anak-anak maupun orang dewasa dapat belajar paling baik dalam lingkungan yang ditandai dengan adanya minat dan kebahagiaan pribadi,dan bukan dalam lingkungan yang ditandai dengan rasa stres, intimidasi, kebosanan.

Kegembiraan merupakan unsur penting, bahkan rasa gembira itu adalah inti seluruh pembelajaran yang luar biasa.

Banyak sekali yang dapat kita pelajari dari anak kecil, dari hasil penelitian mereka adalah pembelajar paling hebat didunia, sebab mereka belajar dengan penuh kegembiraan.

Oleh sebab itu, jika anda harus mengajarkan mata pelajaran yang kering, membosankan, dan menumpulkan pikiran, tanyalah diri anda sendiri, “bagaimana cara saya mengajarkan ini kepada anak-anak ? Bagaimana saya bisa menjadikan pembelajaran ini pengalaman yang menggembirakan ?”

“pembelajaran yang meningkat terjadi akibat adanya perasaan gembira pada anak-anak maupun orang dewasa”

“Sekolah, boleh dibilang sama dengan pabrik yang membentuk dan mencetak bahan mentah

( anak-anak) menjadi produk untuk memenuhi berbagai tuntutan hidup.”

Anak-anak dengan latar belakang, bakat minat, potensi yang berbeda diajar dengan cara yang sama, anak-anak yang tidak bisa diam dan menurut perintah gurunya dianggap mengalami masalah belajar atau bahkan dianggap menyimpang,, padahal hakikat belajar adalah menggunakan seluruh anggota tubuh secara kesatuan tidak hanya otak saja,,

“Guru biasa hanya mengajar

Guru luar biasa memberi contoh

Guru istimewa memberi teladan”

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun