Mohon tunggu...
Heri Setiawan
Heri Setiawan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Heri Setiawan adalah seorang pengangguran elegan dari kota palangkaraya provinsi kalimantan tengah.Saat ini, kehidupannya cenderung terfokus pada pengangguran, di mana ia tidak memiliki pekerjaan tetap atau rutinitas harian yang terstruktur. Kesehariannya seringkali terdiri dari tidur lebih lama dari biasanya dan menghabiskan waktu dengan makan. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kesulitan dalam mencari pekerjaan atau mungkin ada alasan kesehatan atau pribadi yang memengaruhi gaya hidupnya. Penting untuk diingat bahwa situasi seseorang dapat berubah seiring waktu, dan Heri mungkin memiliki rencana atau harapan untuk masa depannya yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Tawa Kuntilanak

25 September 2023   19:14 Diperbarui: 25 September 2023   19:19 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Pada suatu malam yang gelap dan berawan, Heri, seorang petani desa yang hidup di pinggiran kota, sedang berjalan menuju sawahnya. Heri adalah seorang pemuda yang berani dan tidak percaya pada hal-hal supranatural seperti hantu atau kuntilanak. Dia memiliki hutang besar dan sedang mencari jalan untuk melunasi hutang tersebut.

Heri telah mendengar bahwa ada permintaan tinggi untuk kodok hidup di pasar hewan eksotis. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk mencari kodok di sawahnya dan menjualnya untuk mengumpulkan uang yang cukup untuk membayar hutangnya. Heri membawa ember kosong dan senter kecil saat dia berjalan melintasi jalan berdebu menuju sawah yang gelap.

Saat sampai di sawah, Heri mulai mencari kodok dengan hati-hati. Dia merasa yakin bahwa pekerjaan ini akan membantu memperbaiki situasinya yang sulit. Namun, semakin lama dia mencari, semakin sulit menemukan kodok. Malam semakin gelap, dan hanya cahaya senter yang membantunya dalam pencarian.

Ketika dia tengah sibuk mencari, tiba-tiba dia mendengar suara tawa aneh dari balik semak-semak di pinggir sawah. Tawa itu terdengar begitu mengerikan, seperti tawa kuntilanak. Heri merasa cemas, tetapi dia berusaha mengabaikannya, berpikir bahwa itu hanya suara angin atau mungkin suara binatang malam.

Namun, tawa tersebut semakin lama semakin keras, dan terdengar lebih dekat. Heri merasa sesuatu yang tidak beres. Dia berhenti mencari dan berdiri di tengah sawah, senter di tangan.

Tiba-tiba, bayangan putih yang menakutkan muncul di depannya. Itu adalah seorang wanita dengan rambut panjang dan gaun putih kuno. Itu adalah kuntilanak! Heri merasa ngeri dan takut saat dia menatap mata merah menyala dari makhluk itu.

Kuntilanak itu terus tertawa dan berjalan mendekati Heri. Heri, yang sebelumnya merasa percaya diri dan berani, sekarang merasa terpana oleh ketakutan. Dia mencoba melarikan diri, tetapi kakinya tidak merespons. Dia terjebak dalam pesona kuntilanak.

Kuntilanak itu semakin mendekat, dan tawanya semakin keras. Dia mengulurkan tangannya yang dingin dan meraih wajah Heri. Heri merasakan sentuhan dingin dan mengerikan dari kuntilanak, dan saat itulah dia pingsan.

Keesokan harinya, warga desa menemukan Heri tergeletak di tengah sawah. Dia masih hidup, tetapi dia tampak sangat lemah dan pucat. Ketika dia sadar, dia menceritakan pengalamannya dengan kuntilanak kepada warga desa, tetapi hanya sedikit yang percaya padanya.

Sejak itu, Heri tidak pernah lagi mencoba mencari kodok di sawah pada malam hari. Pengalaman yang menakutkan itu menghantui pikirannya, dan dia berhenti mencari jalan pintas untuk mengatasi masalahnya dengan cara yang tidak wajar. Meskipun dia masih memikirkan hutangnya, dia lebih memilih untuk mencari solusi yang lebih aman daripada berurusan dengan kuntilanak yang mengerikan lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun