Mohon tunggu...
Heris Diana
Heris Diana Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan, Institut Pertanian Bogor, Angkatan 2013

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jangan Mimpi Menjadi Jokowi Sekaligus Bill Gates

3 November 2014   00:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:51 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jangan Mimpi menjadi Jokowi Sekaligus Bill Gates

Oleh: Herisdiana/PPSDMS Regional 5 Bogor

Banyak orang yang bercita-cita untuk menjadi seorang multitalent atau serba bisa. Ia ingin menguasai segala bidang yang ia anggap penting. Fenomena ini terjadi pada mahasiswa saat ini. Betapa banyak mahasiswa yang memimpikan dirinya dapat menjadi seorang multitalen. Ia membayangkan betapa luar biasa jika ia menjadi Mahasiswa Berprestasi (Mapres), Presiden Mahasiswa (Presma), dan Pengusaha Sukses dengan omzet ratusan juta rupiah per bulan sekaligus.

Saya akui mimpi ini sangat keren. Namun, untuk menjadi Mapres tentunya seseorang harus meluangkan waktu untuk belajar lebih banyak agar akademiknya bagus. Untuk menjadi Presma tentunya tidak sedikit waktu yang harus diluangkan untuk mengerjakan tugas organisasi dan rapat. Begitu juga untuk menjadi pengusaha sukses tentunya pikiran seseorang akan banyak terkuras untuk memikirkan bagaimana agar bisnis bisa berjalan. Pertanyaanya, bisakah seseorang membagi waktu, tenaga dan pikirannya untuk ketiga aktivitas itu?

Saya katakan tidak. Kalau pun bisa, hasilnya tidak akan optimal. Seseorang bisa menjadi Mapres tetapi tidak bisa menjadi Presma sekaligus pengusaha sukses. Ia bisa jadi Presma tetapi tidak bisa menjadi Mapres sekaligus pengusaha sukses. Ia bisa menjadi pengusaha sukses tetapi tidak bisa menjadi Mapres seekaligus Presma dalam waktu yang bersamaan. Apakah Jokowi juga seorang milyader? Apakah Bill Gates juga seorang presiden? Jangan mimpi bisa menjadi Jokowi sekaligus Bill Gates. Kita tidak punya banyak waktu, tenaga dan pikiran untuk menjadi keduanya sekaligus.

Kasus lain, jika mahasiswa mendapatkan nilai 9, 6, 6, dan 5 untuk mata kuliah Fisika, Biologi, B Inggris dan Sosiologi, kebanyakan mahasiswa bertekad untuk memperbaiki nilainya yang kurang. Ia akan berusaha keras untuk memperbaiki nilai Biologi, B Inggris dan Sosiologinya. Akhirnya, Ia memang berhasil memperbaiki nilai Biologi, B Inggris dan Sosiologinya menjadi 7, tetapi karena fokus untuk memperbaiki nilai ketiga mata kuliah itu nilai Fisikanya turun menjadi 7. Nilai dia pada akhirnya rata di angka 7 untuk semua mata kuliah. Adakah yang istimewa darinya?

Kita harus segera merubah mindset ini. Ketika dihadapkan pada kasus seperti itu seharusnya kita memilih untuk meningkatkan nilai Fisika daripada memperbaiki ketiga mata kuliah yang lainnya. Lebih baik kita berusaha untuk meningkatkan nilai satu mata kuliah dari 9 ke 10 daripada memperbaiki nilai ketiga mata kuliah tadi. Selain efisiensi waktu dan tenaga, kita juga akan menjadi orang yang istimewa karena menjadi satu-satunya orang yang mendapatkan nilai sempurna untuk mata kuliah Fisika.

Orang istimewa tidak melakukan semua hal, tetapi hanya satu hal saja. Ia fokus pada apa yang ingin ia kembangkan dari dirinya. Ia tahu persis potensi yang akan ia eksplor dan bagaimana menjadi ahli di bidangnya. Ia adalah orang yang tekun dan pantang menyerah dalam bekerja dan selalu berusaha untuk menghasilkan prestasi terbaik di bidangnya. Kita tahu jokowi adalah seorang pemimpin. Ia bukan pengusaha, artis atau seniman. Ia expert di bidang kepemimpinan dan itulah yang ia kembangkan sampai sekarang ia berhasil menjadi Presiden Republik Indonesia. Lain lagi dengan seorang Bill Gates. Kita tahu Ia adalah seorang pengusaha, bukan negarawan, atlit atau dosen. Ia ahli di bidang bisnis dan hanya itu yang ia tekuni selama bertahun-tahun sampai kini ia berhasil mendirikan Microsoft.

Inilah yang saya maksud dengan personal branding atau merek seseorang. Disadari atau tidak, setiap orang sukses memiliki personal brand nya masing-masing. Jokowi brand nya adalah kepemimpinan. Bill Gates brand nya adalah pengusaha. Mario teguh brand nya adalah motivator. Mas mono brand nya adalah ayam bakar. Dan masih banyak lagi orang sukses dengan brand nya masing-masing yang beragam.

Personal branding bukanlah jabatan atau gelar. Ia adalah keyword yang menjadi pembeda abadi pemiliknya dengan orang lain. Ketika orang lain menyebutkan keyword tersebut maka nama dia otomatis muncul di benak mereka. Inilah indikator seseorang tersebut telah memiliki personal branding. Analogi sederhana ketika kita menginput keyword di SEO, Google misalnya, kemudian muncul beberapa situs. Situs yang muncul di halaman pertama dan paling atas, itulah situs yang memiliki personal branding.

Sebisa mungkin kita harus memiliki personal branding. Kita harus memiliki sebuah keyword yang menjadi pembeda kita dengan orang lain. Kita harus berusaha mengembangkan keyword tersebut sehingga menempati halaman pertama di benak orang lain. Pilihlah keyword yang bagi kita potensial untuk menempati posisi terbaik di benak orang lain. Misalnya, jika kita adalah seorang organisatoris, pilihlah keyword ketua sebuah organisasi. Jika kita seorang akademisi, pilihlah keyword mapres. Jika kita wirausahawan, pilihlah keyword omzet milyaran rupiah. Dengan dimikian ketika orang memikirkan ketua sebuah organisasi, akademik atau wirausaha, nama kita yang muncul dibenaknya.

Hal yang tidak kalah penting setelah kita menentukan keyword yang akan kita kembangkan menjadi personal branding kita adalah komitmen dan fokus. Apapun yang terjadi, kita harus bisa memunculkan keyword tersebut ke permukaan. Memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit dalam prosesnya, sehingga dibutuhkan komitmen yang tinggi agar kita tidak setengah-setengah. Selain itu fokus juga penting. Ketika kita telah memutuskan satu keyword yang akan menjadi personal branding kita, tinggalkanlah keyword yang lain. Jangan pedulikan keyword yang lain dan pusatkanlah perhatian kepada keyword yang sedang kita lejitkan. Dengan demikian personal branding kita akan semakin cepat terbentuk.

Follow: @Heris_EMS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun