ilustrasi :Â http://serambimata.com/
Sebagaimana kita tahu, Ustadz Yusuf Mansyur bukanlah pendukung Pak Jokowi semenjak Pilpres 2014. Beliau tidak mendukung salah satu alasannya barangkali stigma pak Jokowi yang dinilai ibadah agamanya sangat kurang, Jokowi tidak amanah karena tidak menyelesaikan jabatan gubernur DKI dan walikota Solo. Dan banyak alasan lain seperti yang dikait-kaitkan dengan etnis Cina dan keluarga yang dibilang non Muslim. Saat menjadi Presiden pun, kebijakan-kebijakan di kabinetnya sering dikritik dengan amat keras lewat twitter, bahkan beberapa kali Ustadz Yusuf Mansyur mengungkapkan ketidaksabarannya untuk diadakan Pilpres kembali.Â
Namun, siapa sangka tiba-tiba ustadz YM memberi komentar positif lewat instagram dengan substansi yang sangat bertolak belakang dengan komentar-komentar sebelumnya. Untuk pertama kalinya mungkin, apresiasi kepada Pak Jokowi diutarakannya. Dan ternyata yang membuat Ustadz Yusuf Mansur hormat kepada pak Jokowi adalah kebiasaan puasa Senin Kamis yang sudah lama dijalani beliau dalam hidupnya.
Berikut ungkapan Ustadz Yusuf Mansyur, lewat instagramnya. "Harapan masih ada... Bahkan di urusan puasa... Presiden Jokowi di atas saya kemana2. Beliau puasa Senen Kamis. Saya ga ada. Semoga negeri ini, bangsa ini, & segenap pimpinannya. Pusat sampe ke daerah. Masyarakatnya. Semua bisa shaleh shalehah. Bisa menyelesaikan semua problematika yang ada. Bertambah cerdas. Arif. Kuat. Dan dapat Ridho Allah." tulis Yusuf Mansyur, Jumat (28/11/2015).
Ustadz Yusuf Mansyur memposting cerita Jokowi puasa di Padang. Ketika itu, rombongan Jokowi sedang mampir di warung Sate Padang terkenal di Padang Panjang, Mak Syukur. Tapi, Jokowi tidak makan sate karena hari itu, adalah hari Kamis. Jokowi puasa saat itu.
Demikianlah, semoga Ustadz Yusus Mansur benar-benar tulus dan obyektif mengungkapkannya. Salut kepada beliau karena tidak hanya bisa mengkritisi, tapi dengan gentle mengapresiasi kebaikan. Ini jujur, susah dilakukan apalagi jika sudah memendam kebencian yang sangat kuat. Sekarang ini masih banyak yang sulit menghilangkan atau mengurangi kebencian dan kenyinyiran yang sudah meluap-luap. Banyak yang masih berkutat pada persepsi : "Jokowi selalu salah" dan akhirnya melahirkan pembelaan-pembelaan yang menganggap "Jokowi selalu benar." Perlu keberanian untuk bersikap apa adanya dan obyektif menilai.
Semoga, perlahan-lahan pembenci dan pencinta Jokowi bisa bertemu di titik tengah. Membenci dengan sewajarnya, dan mencintai pun dengan kadar seperlunya.Â
Salam NKRI.
Jakarta, 3 Desember 2015
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H