Intrik-intrik politik menyerbu tak kenal waktu. Bahkan di bulan Ramadhan pun untuk sebuah ambisi politik tega dinodai oleh "semangat" merebut kekuasaan yang sudah menjebol batas-batas aturan manusia maupun aturan Tuhan. Atas nama iman dan aqidah semua cara berusaha dimaklumkan. Tidak peduli di rumah Tuhan atau pada bulan suci. Seperti itukah yang dikehendaki Tuhan dalam meraih kekuasaan duniawi ? Sebuah pertanyaan yang tentu akan diabaikan oleh hati yang sudah "kebelet" oleh syahwat kekuasaan.
Ramadhan telah menjadi kendaraan untuk menuhankan "kekuasaan", bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah sebenar-benar Tuhan. Setiap kritik yang berusaha meluruskan pun tak didengarkan, hingga akhirnya ditelanjangi dengan sendirinya. Mungkinkah Tuhan yang sengaja menelanjangi mereka ? Bisa jadi. Wallahu a'lam bi showab. Tanpa bertabayun , atau mengecek keterangan yang benar entah sengaja atau tidak sang Raja Dangdut telah memfitnah orang tua cagub Jokowi sebagai non muslim. ( Meskipun jika benar, hal itu tidaklah pantas dibuka di depan umum apalagi di masjid ? Terlebih yang membicarakannya adalah public figur yang setiap geraknya dipantau oleh masyarakat dan media. Zaman ini sudah tipis batas-batas ruang private dan public, informasi mudah sekali tersebar dengan teknologi ). Inilah sebuah blunder propaganda yang bertujuan untuk mempertahankan kekuasaan yang bisa menikam dirinya sendiri.
Lalu Tuhan pun menelanjangi sang Incumbent dengan melepaskan banyolan konyol yang dilakukan oleh Foke sendiri. Di tengah penderitaan akibat rumah kebakaran dilalap api dan juga nasibnya yang belum jelas, Foke dalam kunjungannya kepada para korban justru melakukan blunder yang membuat image dirinya sebagai pemimpin yang arogan dan tak punya hati. Betapa tidak, saat-saat seperti itu, seharusnya dia berempati terhadap korban, tapi justru kegalauannya dalam menghadapi Pilkada putaran ke dua tertumpahkan dengan ucapan yang tidak semestinya dan menyinggung calon lain. "Kemarin nyolok siape ? Kalau nyolok Jokowi mah ya udah pindah ke Solo sana." Beginikah sikap pemimpin yang dikatakan beriman dan dibangga-banggakan oleh H. Rhoma Irama? Meskipun dikatakan dari timsesnya bahwa itu hanyalah sebuah banyolan yang umum di budaya betawi, tapi kenyataannya mendapat perhatian dari media masa. Tentu ada sesuatu yang salah yang tidak pada tempatnya sehingga mengundang pembicaraan miring. Memang kita tidak tahu persis kadar iman dan aqidah seseorang, namun dari sisi lahir kita bisa membaca seseorang dengan kasad mata tentang karakter seorang pemimpin. Dari situ kita tahu apakah dia orang yang rendah hati atau sebaliknya.
Orang yang mengaku berTuhan, tapi kok memanfaatkan Tuhan untuk ambisi pribadinya ? Jika demikian, sulit dipercaya apakah bersafari politik di masjid itu semata-mata untuk ibadah kepada Tuhan atau untuk memuluskan ambisi dengan meminjam lencana iman ? Sulit dipahami jika dimaksudkan orang yang tak memilih Foke berarti tidak beriman, hanya karena cawagubnya non Muslim. Bukankah PKS dan HNW yang mengkampanyekan Jokowi dan Rudyatmo yang non muslim menjadi walikota dan wakil walikota Solo dahulu itu sebuah fakta, lalu apakah PKS dan HNW berdosa dan tidak beriman ?
Entahlah, saya merasa ada sebuah kemunafikan yang dipelihara. Jika untuk kekuasaan pun berani menipu Tuhan apalagi hanya untuk menipu rakyat jelata yang selama ini sering dianggap "gedibal" ? ( Gedibal : tanah tebal yang melekat di kaki saat menginjak tanah yang becek akibat hujan.) Maka, biarkan waktu yang akan berbicara apakah Foke dan timses nya benar-benar memperjuangkan iman atau kekuasaan. Tuhan akan memperlihatkan dengan cara-Nya sendiri jika mereka berdusta.
#Jakarta, 11 Juli 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H