Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sungguh Mudah Menjadi (Calon) Presiden RI

16 Desember 2013   16:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ilustrasi : http://www.bingkaiberita.com/rhoma-irama-siap-jadi-presiden/

berbahagialah aku hidup di negeri di mana popularitas dihargai setinggi-tingginya juga negeri di mana kulit lebih dihargai dari pada isinya baju lebih dihargai dari pada kejernihan hati dan kejeniusan otaknya bahkan untuk menjadi calon pemimpin negeri ini kemampuan tak lagi berarti dikalahkan popularitas yang menjadi kunci pertama kali

*

sungguh teramat mudah menjadi (calon) pemimpin negeri ini cukuplah memiliki popularitas dalam bidang "apapun" meski tanpa relevansi dan kemampuan diri untuk menjadi seorang pemimpin negeri popularitas sudah cukup menjadi kartu AS untuk lolos seleksi bahkan menjadi pertimbangan nomor satu sebab berniai jual tinggi tak peduli nanti saat menjadi pemimpin nanti hanya sebatas menjadi boneka dan kepanjangan tangan para koruptor kelas tinggi atau menjadi hiasan saja buat menutupi kekuatan sang pelaku cerita di balik layar tersembunyi lalu sang presiden ditagih janji sana-sini buat mengembalikan biaya kampanye meski harus ingkar janji dan membutakan hati

*

dan kini, popularitas itu telah lama kumiliki siapa yang tidak kenal aku? satria bergitar raja diraja musik yang belum ada pengganti entah sudah berapa lagu, kaset, CD dan film-film yang kubintangi hingga tak heran, ketenaranku melebihi siapapun di negeri ini hingga aku merasa pantas menjadi pemimpin negeri meski kemahiranku hanyalah bernyanyi toh tak ada larangan mencalonkan diri di konstitusi toh tak ada larangan seorang penyanyi menjadipemimpin negeri tak seorang pun berhak melarangku bermimpi meski banyak orang bilang aku tak pantas tapi aku tak peduli lihatlah jutaan penggemarkumenjadi pendukung sejati dan juga politisi yang berslogan “ente jual ane beli” saya jual mereka beli bukankah yang penting sama-sama happy? meski masih tanda tanya besarjika berbicara tentang hati nurani

*

beruntung rasanya aku tinggal di negeri di mana popularitas adalah segalanya ia telah menjadi komoditas dan jalan pintas juga jalan tol menuju kekayaan dan kejayaan berbahagia rasanya tinggal di negeri ini di mana pandangan banyak mata bisa kututupi dengan penampilan dan citra yang bisa disetting dengan rapi hingga mampu menembus batas akal pikiran dan menutupi sebuah kenyataan bahkan orang pintarpun dengan bersemangat mengorbankan suara hati demi menyaksikan dentingan gitarku yang membekas di setiap pasang telinga dan berpotensi menjadi suara di balik kotak pemilu nanti demi membeli makhluk bernama "elektabilitas" yang dihargai setinggi langit melebihi segala-galanya bahkan mungkin melebihi Tuhan?

*

sungguh mudah bukan menjadi ( calon ) presiden di negeri ini? tak perlu susah payah menempa diri menjadi negarawan berwawasan luas lagi berjiwa pengabdi * nyatanya, popularitas dan elektabilitas adalah komoditas politik nomor satu di negeri ini

#Jakarta, 16 Desember 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun