Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pemimpin Berkarakter Raja Gombal

5 Maret 2012   06:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:29 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13309306651079473400

konon di sebuah negeri antah berantah para pemimpinnya dikuasai oleh para raja Gombal hingga tak heran , banyak sekali gombal-gombal berserakan di sudut - sudut kota dan di jalan-jalan terpampang gambar-gambar besar penuh kenarsisan menjual gombal-gombal yang akan ditukar dengan harapan kosong dan impian yang kelewatan suatu ketika sang raja gombal merayu rakyatnya " wahai rakyatku, ingatlah,  Bersama Kita Bisa " Ya mari bersama, berjamaah dalam hal apa saja.. markup anggaran, jalan-jalan tanpa tujuan, mumpung jabatan masih di tangan kita kumpulkan persiapan untuk 5 tahun ke depan tapi ingat, Bersama Kita Bisa, HARUS bersama agar kita semua aman * lalu tak kalah gombalnya para menteri raja merayu para kawula dengan hipnotis layaknya master Romi wahai para rakyat , percayalah : kami adalah pemimpinmu yang paling "Bersih, Peduli dan Profesional" Jika ada peluang kita akan sapu Bersih Jika ada penderitaan kita harus Peduli , tapi jangan lupa, pakai kaos Kepedulian yang sudah kukasih pada kalian Jika rapat kita harus profesional jangan lupa mainkan Galaxy Tab agar kelihatan profesional, agar rapat tak membosankan dan agar bisa refreshing dengan gambar-gambar aduhaiiii.... * pemimpin yang lain adalah ibu yang sangat peduli pada "Wong Cilik" hingga cara menggombalnya juga tak kalah melankolis wahai rakyatku , kami adalah pemimpinmu yang Pro Rakyat "kami Pro Wong Cilik " kami sangat mencintai Wong Cilik, karena itu cara efektif mendulang suara untuk sukses jadi Raja maka kami tak ingin kalian jadi Wong Besar, nanti materi kampanye jadi kurang sensasional dan ternyata jadi Raja itu enak , meski akhirnya tak tahu harus berbuat apa yang penting bisa jadi Raja, dikawal ke mana-mana makan selalu enak, dan tiap bulan pasti jalan-jalan ke luar negeri meski pada akhirnya ibumu lebih banyak diam, senyum , dan diam.... jika tak bisa menjawab pertanyaan rakyat yang menagih janji dan harapan * ada pula janji super gombal lainnya "Gak ingin banjir, gak ingin macet jalanan... serahkan ahlinya " maka kalimat mantra penuh gombal ini berhasil mengangkatnya menjadi Raja kecil meski mantranya tak pernah terwujud, bahkan semakin sering banjir dan jalanan tak kurang macetnya semua dengan bebasnya tumpah , baik itu banjir kemacetan, juga semuanya meluap tak lagi mengenal aturan * oooh... sungguh ironis sebuah negeri kaya raya dipimpin oleh para Raja Gombal pemimpin sudah dicocok hidungnya oleh negeri adidaya hingga terhadap rakyatnya dengan mudah semena-mena hanya saat dibutuhkan dijadikan sasaran menebar gombal-gombal tak berguna berupa janji gombal dan harapan gombal agar terninabobokan para kawula hingga merasa seolah tinggal di negeri merdeka dan hanya perlu makan retorika sampai akhirnya, perut melilit tiada tara rasa aman mulai langka, karena hukum rimba sudah berlaku diperkosa oleh kepentingan pribadi penguasa diatur oleh segudang uang dan silau jabatan sementara untuk jaminan anak cucu tujuh turunan dinasti Raja Gombal * oooh.. sungguh ironis di negeri kaya raya, banyak rakyat sekarat dan kelaparan di tumpukan lumbung padi yang tak dikelola karena Raja Gombal sibuk mengumpulkan pundi-pundi untuk tujuh turunan dan para kroni-kroninya sambil asyik bermain gitar dan menggubah sebuah lagu untuk menutupi kenyataan pahit yang sesungguhnya semakin telanjang dan tak lagi bisa ditutupi ***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun