Mohon tunggu...
Heri Purnomo
Heri Purnomo Mohon Tunggu... Administrasi - nothing

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nastiti dan Pilihannya

6 Juni 2014   17:51 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika Nastiti pulang ke rumah orang tuanya dengan tergopoh-gopoh. Ia tak sabar untuk mengadukan kekecewaannya setelah sebulan berumah tangga dengan mas Prasojo. Dengan berurai air mata ia sandarkan kepalanya di pangkuan Simbok ( bundanya ) dengan penuh manja. “Simbok..., maafkan Nastiti yang dulu tak pernah mendengar nasehat Simbok. Nastiti tidak sanggup meneruskan pernikahan ini.. hik...hik... hik... “ Simbok tersentak mendengar pengaduan Nastiti. Diusapnya rambut anaknya penuh kasih sayang. “Nduuk.. cah ayu, apa yang terjadi dengan kalian? Bukannya mas Prasojo yang ganteng dan gagah itu sudah menjadi pilihan terbaikmu dan sesuai kriteriamu? Mengapa secepat ini kamu berfikir mau mengakhiri pernikahan kalian ? Sabar ya, Nduuk....“ “Simbooook... hik..hik..hik.. “ Nastiti kembali menangis lebih keras. “ Nastiti sudah tidak kuat lagi... Apakah ini yang namanya pernikahan? Kami memang menikah, tapi itu hanya di atas kertas saja. Pernikahan tak cukup hanya dengan bukti surat nikah saja, lalu sesudahnya ditelantarkan. Maafkan Nastiti ya mbok, Nastiti telah salah pilih.. hik hik hik...“ “Lalu apa masalah kalian yang sebenarnya?” Simbok semakin penasaran terhadap nasib anaknya. “Begini mbok, selama menikah sebulan ini mas Prasojo tak sekali pun menyentuhku. Ia begitu dingin.. Hik..hik..hik..” Begitulah kisah Nastiti dan pilihannya, penyesalan selalu datang belakangan. #cintabuta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun