Tanggal 22 Juli 2014 pukul 21.30, KPU menetapkan presiden baru hasil Pilpres. Kini aku punya presiden baru. Dan seluruh rakyat Indonesia punya presiden baru. Tapi 'baru' kali ini berbeda dengan baru di masa lalu. Di pemilihan-pemilihan presiden sebelumnya, saat pergantian presiden nuansa ke'baru'annya sangat berbeda dengan munculnya sang pendatang baru di periode suksesi 2014 ini. Dialah Jokowi, sosok presiden baru dan sebenar-benarnya baru. Ia tak memiliki jalur dengan orde baru. Dia bukan didikan orde baru. Dia pendobrak kultur politik yang sudah mengurat mengakar bahwa sosok pemimpin baru haruslah dari ketua partai atau masih memiliki 'trah' atau garis keturunan presiden. Ia memiliki semangat baru dan gaya kepemimpinan 'melayani'. Ia memiliki terobosan-terobosan baru dalam memecahkan kebekukan komunikasi antara rakyat dan penguasa. Antara permasalahan yang berulang-ulang dengan penyelesaian menggunakan cara-cara lama, baginya menjadi sederhana dan diselesaikan dengan cara memanusiakan manusia. Dialah pemimpin baru dengan harapan baru. Dia menjadikan kita anak manusia Indonesia berani berpikir dengan cara baru, bahwa meskipun wong ndeso untuk menjadi presiden sekali pun di negeri ini bukanlah sebuah kemustahilan. Dan dalam rekam jejaknya ketika memulai menaiki anak tangga dari pengusaha, wali kota, gubernur hingga menjadi presiden banyak orang dibuat terbelalak menyaksikan gaya dan style yang baru namun indah dan mengagumkan. Semoga Indonesia Baru segera terwujud bersama kepemimpinan baru dengan presiden baru yang sukses mematahkan mitos mainstraim dan membelenggu bangsa ini. Salam Indonesia Baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H