Mendekati awal bulan suci Ramadhan, satu ritual penting yang dilakukan adalah menentukan kapan tepatnya bulan baru dimulai. Proses penentuan ini tidak semata-mata berdasarkan pada keyakinan keagamaan, tetapi juga melibatkan ilmu pengetahuan, khususnya sains & astronomi. Lantas, bagaimana menentukan hilal dari sudut pandang sains dan astronomi?
Penasaran? Yuk kita bahas lebih lanjut.
Hilal, atau bulan sabit muda, adalah fase Bulan ketika sebagian kecil dari sisi terangnya terlihat dari Bumi. Fenomena ini terjadi setelah bulan baru, ketika Bulan berada di antara Bumi dan Matahari dengan urutan yang tepat sehingga sisi terangnya menghadap ke arah Bumi.
Untuk mengetahui kapan hilal muncul, para ahli memanfaatkan metode pengamatan langsung dan perhitungan matematis.
Metode pengamatan langsung, yang disebut rukyat, melibatkan pengamatan visual bulan oleh individu atau kelompok yang terlatih. Mereka mencari langit pada malam terakhir dari bulan sebelumnya untuk melihat apakah hilal terlihat atau tidak. Jika hilal terlihat, ini menandakan awal bulan baru.
Di sisi lain, metode perhitungan matematis, yang disebut hisab, digunakan untuk memprediksi posisi hilal di langit pada waktu-waktu tertentu. Hisab didasarkan pada parameter astronomi seperti elongasi bulan (sudut antara Bumi, Matahari, dan Bulan) yaitu ketika elongasi bulan mencapai 6,4 derajat dan tinggi bulan minimal 3 derajat di atas horizon. Metode ini memungkinkan perencanaan jangka panjang berdasarkan perhitungan matematis yang cermat.
Penting untuk memahami bahwa penentuan awal bulan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kondisi cuaca dan lokasi geografis. Kondisi cuaca yang buruk, seperti awan tebal atau hujan, dapat menghalangi pengamatan hilal, sehingga mempengaruhi keputusan tentang awal bulan baru. Selain itu, lokasi geografis juga memainkan peran penting karena tinggi bulan di atas horizon dapat bervariasi tergantung pada lokasi pengamatannya.
Di Indonesia, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bertanggung jawab untuk menentukan awal bulan berdasarkan pengamatan hilal. LAPAN menggunakan waktu Indonesia Barat sebagai acuan karena perbedaan waktu antara Indonesia Barat dan wilayah timur cukup signifikan, yang dapat memengaruhi ketinggian hilal di atas horizon. Selain itu, LAPAN juga mempertimbangkan faktor cuaca dan kondisi geografis dalam penentuan awal bulan.
Dengan demikian, penentuan awal bulan dalam kalender Islam melibatkan kombinasi antara ilmu pengetahuan dan pertimbangan praktis. Meskipun telah ada kemajuan dalam metode ilmiah, penentuan ini masih menjadi topik kontroversial di kalangan umat Islam. Namun, tujuannya tetap sama, yaitu memastikan bahwa kalender Islam sesuai dengan gerakan bulan dan matahari, sehingga umat Islam dapat menjalankan ibadah dan aktivitas keagamaan dengan benar sesuai dengan ajaran agama.
Itulah cara menentukan hilal dari sudut pandang sains dan astronomi. Apakah kamu tertarik untuk mengamatinya?