Mohon tunggu...
Herin Priyono
Herin Priyono Mohon Tunggu... profesional -

jurnalis, penulis-madzab "Syaraf Penulisan" dan peneliti pd Pusat Pelatihan Pasca Sarjana Yogyakarta. https://www.facebook.com/GRUP-PENULIS-by-SYARAF-PENULISAN-134853406547865/ HP 082135211769

Selanjutnya

Tutup

Politik

Maqom Spiritualitas yang Tinggi, Bantul Prospektif jadi Kota Kreatif

1 November 2016   16:14 Diperbarui: 1 November 2016   16:26 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bantul – Prospek dan Peluang menjadikan Bantul sebagai kota kreatif sangat besar. Tapi terdapat beberapa kondisioning harus dibangun, pertama industri kreatif harus didekati dengan semangat idiologis, mencuri start dengan diferensiasi produk (keberbedaan) yang kuat dengan menggunakan pendekatan bottom up dan kolaboratif govermen.

“Dalam kaitan ini pemerintah lebih berlaku memenuhi perrmintaan rakyat daripada serba mengatur,” kata Pamuji Raharjo, MPA sambil menegaskan, tekad bupati untuk menjadikan rumah dinasnya sebagai “ruang publik” dimana rakyat dapat menyampaikan keinginannya sangat tepat,”Artinya rumah dinas bakal menjadi rumah persemaian kreatifitas rakyat!” katanya dalam Diskusi Bantul Kabupaten Kreatif Mewujudkan Spirit (Virtu) Keistimewaan Yogyakarta, di rumah dinas bupati Bantul, Senin malam yang diselenggarakan oleh Forum Masyarakat Kebudayaan Bantul kerjasama dengan komunitas masyarakat adat “Mantram” Yogyakarta.

Sementara Mantan Ketua Bappeda DIY, Sukardiyono SHmendorong, dalam mensikapi tantangan global ini, Bantul jangan hanya bersikap responsif saja, tapi juga futuristik, lahir dengan terobosan-terobosan kreatif. Kalau hanya responsif maka kita akan selalu di belakang menjadi follower, jadi ekor dari kemajuan orang lain, kita akan jadi tamu di negara sendiri.

“Syarat untuk berpikir futuristik, kita tidak bisa hanya mengandalkan intelektualitas saja tapi juga spiritualistik,” kata staf ahli bupati Bantul ini, dalam kaitan ini MAKA pembinaan industri kreatif pada masyarakat Bantul harus sampai maqom ini. Kalau pembinaan hanya sampai pada tahap materialistik saja maka karya kreatif kita tidak akan punya sifat terobosan jauh ke depan, futuristik ini harus menjadi salah satu diferensiasi sebagaimana disebut Pamuji.

Dalam nada yang sama, staf ahli ekonomi Ir Bambang Priyambodo, Msi mengutip sebuah survei mengatakan terdapat 4 domain perubahan utama, tiga diantaranya: manusia, budaya dan tujuan atau visi/misi. Ketiganya ini merupakan dialektika yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Manusia harus dibangun dalam konteks kebudayaan dan kebudayaan harus memiliki visi/misi yang jelas.

Rencana bupati Bantul untuk mendirikan mall –bukan di tengah kota Bantul—tapi di pinggiran riang road sangat tepat. Mall di pinggiran ringroad itu akan menarik masuk bantul orang Yogya, dan orang Bantul yang belanja di mall Yogya.

“Saya juga tak percaya mall dapat mematikan pasar tradisional. Di belakang Ambarukmo plasa itu ada pasar tradisional Gowok, buktinya tetap hidup. Mall dan pasar tradisional ada segmennya masing-masing” Kata Priyambodo menegaskan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun