Peringatan International Women Day atau hari perempuan internasional jatuh pada 8 Maret 2024 lalu. UN Women Indonesia kembali menyorot pentingnya berinvestasi atau memberi perhatian lebih terhadap kelompok perempuan dan kesenjangan gender. Dilansir situs resmi UN Women, Hari Perempuan Internasional 2024 mengusung tema " Invest and women accelerate progress", yang artinya berinvestasi pada perempuan mempercepat kemajuan. Mencapai kesetaraan gender dan kesejahteraan perempuan di semua aspek kehidupan dipandang semakin penting jika dunia ingin menciptakan perekonomian yang sejahtera serta kehidupan yang sehat untuk generasi mendatang.
Berinvestasi pada perempuan dimaknai bukan hanya soal hak asasi manusia namun juga merupakan langkah penting menuju pemberantasan kemiskinan. Dengan menerapkan pembiayaan responsif gender, dapat memastikan bahwa perempuan memiliki akses yang setara terhadap sumber daya dan peluang keuangan. Selain itu, transisi menuju ekonomi ramah lingkungan dan masyarakat yang peduli tidak hanya akan memberikan manfaat bagi lingkungan tetapi juga memberdayakan perempuan di berbagai sektor.Terakhir, mendukung para pembuat perubahan, feminis dipandang sangat penting untuk mendorong perubahan sosial yang positif dan mencapai kesetaraan gender. (www.unwomen.org)
Kampanye UN Women melanjutkan Deklarasi Beijing
Cetak biru progresif untuk pemberdayaan perempuan tampak nyata pada The United Nations Fourth World Conference on Women di Beijing pada tahun 1995. Konferensi ini melahirkan Beijing Declaration and Platform for Action (BPfA). Kerangka Aksi ini dilengkapi 12 bidang yang menentukan langkah strategis dengan fokus pada isu sosial ekonomi yaitu: Perempuan dan Kemiskinan, Pendidikan dan Pelatihan bagi Perempuan, Perempuan dan Kesehatan, Tindak Kekerasan terhadap Perempuan, Perempuan dan Konflik Bersenjata, Perempuan dan Ekonomi, Perempuan dalam Kekuasaan dan Pengambilan Keputusan, Mekanisme Kelembagaan untuk Kemajuan Perempuan, Hak Azasi Perempuan, Perempuan dan Media, Perempuan dan Lingkungan Hidup dan Anak Perempuan. Maka, apa yang dikampanyekan UN Women hari ini  merupakan salah satu rantai lanjutan  dari bagian kerangka aksi BPFA dalam upaya menyetarakan hak perempuan demi ekonomi dunia.
Dunia dalam genggaman Kapitalisme Sekuler mengalami sejarah panjang untuk sekedar menyetarakan hak perempuan. Untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan perempuan dan anak perempuan, tahun 2010 Majelis Umum PBB mendirikan The United Nations Entity for Gender Equality and The Empowerment of Women (UN Women), bertepatan dengan evaluasi 15 tahun BPfA.
Ketika pada tahun 2015 MDGs belum tercapai, maka kesetaraan gender menjadi isu utama dunia yang dikampanyekan UN Women dengan penetapan tahun 2030 sebagai tahun perwujudan planet 50x50 dan SDGs. Â Â Â Â Â Â
Memang benar, bahwa hari ini masih banyak persoalan yang menimpa kaum perempuan. Salah satunya adalah problem kemiskinan hingga diskriminasi. Namun mirisnya, persoalan ini direspon oleh dunia, termasuk negeri ini dengan upaya meningkatkan kesetaraan gender dan melibatkan perempuan dalam mengentaskan kemiskinan. Alhasil, negara didorong untuk berinvestasi dengan memberikan kesempatan kepada perempuan untuk belajar dan berkarya. Termasuk menyediakan cukup dana untuk mewujudkan kesetaraan gender. Harapannya bukan hanya memperbaiki kondisi perekonomian kaum perempuan tetapi kelak negara juga akan mendapatkan banyak keuntungan.Perempuan pun terus didorong untuk bekerja dan berkarya untuk menghasilkan cuan.
Solusi ini semakin kencang disuarakan di tengah kondisi perekonomian dunia yang carut marut sebagai hasil dari penerapan sistem ekonomi kapitalisme. Di Indonesia sendiri, pejabat negara sudah blak-blakan menyatakan bahwa peran perempuan tidak lagi bisa dipandang sebelah mata. Untuk mengangkat perekonomian nasional, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, Bintang Puspa Yoga pernah menyampaikan bahwa peningkatan pemberdayaan perempuan dalam kewirausahaan yang berperspektif gender merupakan salah satu agenda prioritas yang dimandatkan oleh Presiden Republik Indonesia. Keluarga yang sejahtera dipandang dapat memberikan pendidikan dan kesehatan yang baik bagi anak-anak serta mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Padahal faktanya , berbagai program pemberdayaan perempuan dalam ekonomi belum mampu mewujudkan janji kesejahteraan perempuan.
Ilusi Kesejahteraan Perempuan dalam Sistem Kapitalisme
 Kondisi ini menjadi cerminan fakta peradaban sekuler kapitalistik yang telah menghilangkan peran negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyatnya termasuk kaum perempuan. Negara hanya diposisikan sebagai regulator yang memberi jalan  mulus bagi para pemilik modal menguasai hajat hidup masyarakat. Tak ayal dikatakan negara lepas tangan menjaga kehormatan perempuan, kemuliaan dan jaminan kesejahteraan perempuan.