Di kala mau menghemat biaya pengeluaran untuk belanja di dapur, belanja tempe menjadi salah satu alternatif yang paling jitu untuk menggantikan beli daging dan ikan ketika harganya lagi meroket tinggi.
Saya juga sangat suka makan di warteg, yang lauk pauknya sangat simple sekali, rasanya yang enak dan harganya yang sangat terjangkau untuk kalangan ekonomi ke bawah.Â
Pasti selalu ada tempe dalam lauknya, karena harganya yang murah dan bisa dibeli setiap saat oleh pemilik warung makan di pasar.Â
Walaupun ada kenaikan harganya di setiap waktu, tetapi daya beli masyarakat terhadap tempe masih kuat dan menjadi pilihan utama dalam berbelanja.
Melihat situasi ekonomi Indonesia di bulan Februari 2022, produksi tempe dalam negeri sendiri pasokannya kepada para pembeli mengalami kendala distribusi bahan baku.Â
Hal ini disebabkan karena bahan baku untuk membuat tempe yaitu kacang kedelai mengalami kenaikan yang relatif melambung tinggi, sehingga para perajin pembuat tempe merasa bahwa kenaikan kedelai sangatlah mempengaruhi kegiatan produksi mereka.Â
Selain harga kacang kedelai yang sedikit meroket di pasaran, ketersediaan bahan baku ini juga menjadi minim sekarang.Â
Negara kita masih mengandalkan impor bahan baku kedelai dari negara lain, khususnya negara China yang menjadi pemasok terbesar kedelai ke Indonesia.Â
Akan tetapi, negara China saat ini juga membutuhkan kedelai dalam jumlah yang banyak, khususnya di sektor peternakan yang dijadikan sebagai bahan makanan ternak.Â
Sebagai dampaknya, pasokan bahan baku dari luar negeri berkurang menuntun harga kacang kedelai di Indonesia menjadi meroket dan persediaan dalam negeri sendiri masih belum bisa memasok secara stabil kepada para pelaku usaha tempe karena jumlahnya yang jauh lebih sedikit.
Para pembuat tahu atau tempe merasa sangat terbebani dengan kenaikan atau kelangkaan bahan baku produksi mereka.Â