Salah satu acara adat yang termahal di Toraja yaitu pesta “Rambu Solo” (acara kematian). Tidak tanggung - tanggung pesta kematian ini dapat menghabiskan miliaran rupiah untuk melaksanakannya. Para anggota keluarga yang berduka dalam melaksanakan pesta ini diwajibkan menyiapkan hewan kurban berupa kerbau dan babi sebagai salah syarat utama yang harus dipenuhi untuk melaksanakan pesta rambu solo'.
Saya sendiri sebagai asli orang Toraja, merasa bangga ikut serta dalam melaksanakan adat - istiadat saya sebagai orang Toraja pada pesta rambu solo' dan rambu tuka' (acara pernikahan dan syukuran).
Dalam suatu acara, kami dapat bertemu dengan seluruh sanak family yang datang dari berbagai daerah untuk berbagi suka & duka, sharing pengalaman hidup di perantauan dan melakukan kegiatan secara bersama.
Biasanya moment - moment tersebut diadakan di awal bulan Desember sampai akhir January atau pada saat libur panjang sekolah di bulan Juni - Juli. Tentunya, kami semua merasa gembira karena dipertemukan satu dengan yang lain untuk mengenal dan memperat hubungan kekeluargaan.
Bagi seluruh masyarakat di Toraja, hewan kurban yang dikurbankan pada pesta kematian dianggap sebagai sarana dan fasilitas untuk menghantarkan arwah sanak family yang telah meninggal ke puya’ (surga). Kami percaya bahwa semakin banyak hewan yang di kurbankan, semakin cepat pula arwah mencapai puya, di mana dianggap sebagai proses akhir untuk menuju ke tempat peristirahan yang terakhir & abadi.
Proses suatu pesta kematian di Tana Toraja diadakan berdasarkan musyawarah atau mufakat antara anggota keluarga untuk menentukan bagaimana meriahnya sebuah pesta tersebut, dan dalam pembicaraan tersebut mereka juga menentukan jumlah hewan kurban yang akan di kurbankan berdasarkan kemampuan finansial setiap anggota keluarga.
Seperti yang kita ketahui bahwa kerbau yang termahal cuma ada di Tana Toraja yang di sebut “Tedong Saleko”. Jenis kerbau ini dianggap sebagai yang paling tertinggi dalam sebuah nilai, fungsi dan tingkatannya dalam hewan kurban. Selain itu, harga jualnya yang sangat fantastis dan mengejutkan yang dapat mencapai 1 miliar rupiah, sehingga hanya orang - orang tertentu saja yang kuat dalam keuangan dan penghasilannya untuk dapat membelinya ketika akan mengadakan acara pesta kematian.
Sebagai perbandingan, 1 ekor kerbau saleko itu sama dengan kalau kita membangun rumah 2 tingkat serta dapat membeli mobil, motor dan sebidang tanah. Tidak mengherankan, kalau menghadirkan jenis kerbau ini dalam upacara pesta rambu solo’ di anggap sebagai pesta besar dan mempunyai keturunan orang yang berada atau kaum bangsawan.
Dalam tatanan hidup orang di Toraja, terdapat beberapa tingkatan social status (kasta) dalam masyarakat. Fungsi social status dalam masyarakat ini mempunyai fungsi dalam mengatur sisi kehidupan dan perilaku setiap individu, sehingga kehidupan masyarakat dapat berjalan dengan baik, bernorma dalam bertindak serta berperilaku denga baik dalam kehidupan sehari - hari.
Sama halnya dengan mengadakan pesta upacara rambu solo', jenis kasta dalam masyarakat juga menentukan besar dan ramainya suatu pesta dan jumlah hewan kurban yang akan siapkan oleh anggota keluarga. Semakin tinggi suatu kasta seseorang dalam masyarakat, semakin besar juga acara yang akan mereka lakukan dengan tujuan untuk mempertahankan kedudukan dan social status.
Berbanding terbalik dengan yang mempunyai social status yang terendah atau biasa - biasa saja, mereka melaksanakan upacara adat, teristimewa pesta kematian dengan sangat sederhana dan tidak boleh dilakukan beberapa hari.