Mohon tunggu...
heri latief
heri latief Mohon Tunggu... -

penyair

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Zaman Cubit-cubitan

25 Januari 2011   14:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

aku terlambat lagi, di depan pintu gerbang sudah berdiri sang guru killer yang paling ditakuti cubitannya. siapa yang terlambat pasti kena cubit di dadanya, dan sakitnya jangan tanya. aku heran juga koq kita yang udah sma diperlakukan seperti alat untuk dicubit-cubit jika terlambat masuk ke sekolah.

sialan, jam pertama ada ulangan biologi, guru biologi itu kawan ibuku, kalau akau gak masuk ke kelas bisa repot aku nanti. dengan hati dag dig dug aku berjalan cepat menuju pintu gerbang besi sekolahan. di depan pintu telah menunggu sang pecubit, yang menyeringai dan matanya bersinar-sinar kayak orang lapar menemukan sebungkus nasi padang komplit.

begitu aku melewatinya, tangan sang pencubit menjulur ke dada sebelah kiriku, tanpa kusadari dengan gerak cepat aku memegang tangannya, lalu kuputar tangannya, ia menjerit keras dan memaki-makiku dengan memakai bahasa belanda.

gempar sebentar. beberapa murid melihat adegan tangan sang pencubit dipilintir muridnya. aku tak peduli, yang penting ulangan biologi. setengah berlari aku naik tangga menuju ke kelas. pas aku tiba di depan pintu kelas, kulihat ibu guru biologi keluar dari ruangan guru menuju ke kelasku.

dari bawah terdengar jeritan swara sang pencubit: "anak kelas berapa itu tadi?! siapa dia?!".

Amsterdam, 24/01/2011

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun