panggung perpolitikan kita ternyata sebuah pertunjukan sensasi politik yang wangi intrik. politisi berkomplot merancang sandiwara mencekam, penonton tersihir berita sexy di tivi, perang urat syaraf dimulai sejak sebuah komentar dan pengadilan digelar, hati siapa yang bergetar?
taring macan senyum rembulan
sembunyi di balik data intelejen
siapa yang berani dipinochetkan?
sedangkan kontrol pemikiran dari para datuk dunia hitam tetap jalan, politik dan uang bergandengan tangan. diam diam ada 2 macam "uang" beredar di pasaran, persaingan para pemain "uang lama" dan "uang baru" semakin tajam, kerna di masa depan tak ada lagi yang namanya baru, semuanya adalah pengulangan dari cerita kejam: kemanusiaan yang dimanipulasikan.
panggung perpolitikan selalu sesak dikunjungi oleh orang yang mempunya kepentingan berkuasa, di sana mereka pidato sampai mulutnya berbusa, bahwa demokrasi itu hanya hayalan orang yang melupakan kesaktian pengaruhnya uang, kerna uanglah yang mengatur demokrasi, siapa yang tidak punya uang tak bisa ikut berdemokrasi.
oya?!
ya sudahlah, jangan sedih, tulislah sajak.
Amsterdam, 6 Oktober 2010
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI