Kekerasan Pertama di Dunia
Sejarah mencatat, tindak kekerasan pertama di dunia dilakukan oleh putra nabi Adam as (Qabil) yang mengakibatkan kematian pada saudara kandungnya (Habil). Sejarah yang mengandung hikmah yang amat dalam ini sejatinya bisa menjadi bahan kajian bersama yang bisa menjadi solusi konkret dalam mengatasi tindak kekerasan yang ada.
Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), “Aku pasti membunuhmu!.” Berkata Habil, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa".
"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam".
"Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka. Dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim".
Maka hawa nafsunya (Qabil) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya. Sebab itu, dibunuhlah ia (Habil). Maka jadilah ia (Qabil) seorang di antara orang-orang yang merugi.
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya (Habil). Berkata Qabil, “Aduhai celaka aku. Mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?” Karena itu, jadilah dia (Qabil) seorang di antara orang-orang yang menyesal. (QS Al-Maidah : 27-31)
Awal dari sebuah kesewenangan, kekerasan dan tindakan tidak terpuji lainnya adalah tergelincirnya manusia kepada hawa nafsu dan mengesampingkan keberadaan Tuhan yang maha membalas segala perbuatan. Manusia lebih mementingkan keinginan semu (sesaatnya) daripada harus bersabar dan ikhlas menerima segala sesuatunya. Sehingga dalam hal ini moral dan kedekatan manusia dengan Tuhannya akan sangat mempengaruhi baik dan buruknya perilaku pada diri seseorang.
Setiap agama mengajarkan kepada pengikutnya ajaran kebaikan. Jadi, jika ada orang yang mengerjakan perbuatan buruk atau tindak kejahatan lainnya, tidak bisa dibenarkan tatkala agama yang dipojokkan atau menjadi kambing hitam. Perbuatan buruk yang ia lakukan adalah murni perbuatan pribadi karena kehilafan dia atau bahkan karena kesengajaan yang disebabkan kebodohannya. Bukan karena agamanya.
Arti salah satu penggalan ayat tersebut berbunyi "aku (Habil) sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu (Qabil) untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam'
Orang-orang yang benar dalam beragama adalah orang-orang yang takut kepada Allah. Dia akan selalu waspada dan berhati-hati atas apa yang dilakukannya. Karena dia akan selalu beranggapan bahwa setiap perbuatan yang dilakukannya akan selalui diawasi dan diketahui oleh Allah Tuhan semesta alam.