Mohon tunggu...
Heri Kurniawansyah
Heri Kurniawansyah Mohon Tunggu... Administrasi - Pemimpi

Traveling

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mencerna Fakta Baru dari Hasil Pilkada NTB dan Jawa Barat

12 Juli 2018   18:20 Diperbarui: 15 Juli 2018   17:10 2668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Pilkada NTB telah menunjukan terjadinya penguatan rational choice seiring dewasanya usia demokrasi. Eksistensi partai politik tidak lagi menjadi mesin buas pendulang suara, melainkan paradigma tersebut telah bergeser ke personal branding" (HK).

Back to the history bahwa sejarah perpolitikan di Indonesia sejak orde baru sampai pertengahan reformasi masih didominasi oleh para elite nasional yang bernaung di partai-partai besar dan mengakar dominan di senayan. Para elite yang dimaksud masih menempatkan dirinya sebagai "orang spesial" yang begitu kaku dalam perbauran sosial dengan masyarakat. 

Proses yang demikian telah memunculkan kebosanan publik terhadap sepak terjang para elite yang belum memberikan perubahan signifikan kepada masyarakat.

Munculnya kebosanan ini telah menggeser paradigma politik sebagian besar masyarakat untuk memunculkan tokoh-tokoh baru yang dianggap lebih fleksibel dan sederhana dalam dinamika politik nasional maupun daerah.

Kemunculan Jokowi dalam pusaran politik nasional telah memotong mata rantai dominasi para elite partai politik negeri ini dan menjadi sejarah pergeseran paradigma politik nasional yang bergeser ke paradigma personality, fleksibel, dan bahkan ke kesederhanaan.

Padahal jika dilihat dari kacamata matematika politik, elite nasional seperti Prabowo Subianto yang sudah lama berkecimpung di kancah politik nasional dan sekaligus menjadi ketua partai politik seharusnya menjadi pemenang dalam pertarungan Pilpres empat tahun lalu. 

Namun faktanya, munculnya tokoh daerah karena faktor fleksibility sosial, adanya prestasi di daerah, serta perbauran dengan masyarakat yang sangat melekat telah membalikkan keadaan sejarah politik nasional (Raharjo, 2016).

Faktor itu menjadi determinan penting arah politik Indonesia ke depan dalam memetakan kekuatan dan kemenangan setiap ajang demokrasi lokal di setiap daerah. Faktor tersebut juga bisa dijadikan rujukan atas munculnya pemilih rasional. Secara empiris, perubahan yang demikian telah berpengaruh sampai kepada dinamika politik lokal (politik daerah). 

Hal ini dapat dilihat dari berbagai proses Pilkada di sejumlah daerah, termasuk di Pilkada NTB.

Pilkada NTB 2018 menjadi sejarah baru pondasi politik primordial menjadi begitu cair, di mana selama ini posisi gubernur sepanjang berjalannya demokrasi langsung selalu didominasi oleh ketokohan elite Pulau Lombok, yang didukung oleh keunggulan jumlah penduduk serta kekuatan primordial dan masih melekat.

Namun, kekuatan primordial tersebut harus berakhir dengan keunggulan tokoh politik putra daerah Pulau Sumbawa, yaitu Dr. Zulkiflimansyah yang berpasangan dengan Dr. Hj. Siti Rohmi Djalilah dan menjadi pemenang dalam perhitungan cepat Pilkada NTB 2018 maupun real count oleh KPU NTB. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun