Perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peristiwa besar dalam sejarah Islam yang mengandung banyak hikmah dan pelajaran mendalam. Perjalanan ini bukan hanya sebuah perjalanan fisik dari Makkah ke Baitul Maqdis (Isra') dan kemudian naik ke langit (Mi'raj), tetapi juga sebuah perjalanan spiritual yang membawa Nabi Muhammad SAW dan umat Islam pada pemahaman yang lebih dalam tentang hubungan antara hamba dan Tuhan. Di balik perjalanan tersebut, terdapat makna hakiki yang mengandung hikmah yang dapat dijadikan pedoman hidup dalam berbagai aspek kehidupan.
MAKNA HAKIKAT ISRA & MI'RAJ :
1. Peningkatan Derajat Spiritual.
  Isra' Mi'raj mengandung makna bahwa manusia, meski terbatas oleh fisik dan ruang, memiliki potensi untuk mencapai kedekatan dengan Allah SWT melalui ibadah dan perjuangan spiritual. Ketika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan ini, Allah SWT menyingkapkan kepadanya rahasia alam semesta, sebagai bentuk penghargaan atas perjuangan beliau dalam menyebarkan agama Islam. Perjalanan ini juga menjadi simbol bagi umat Islam bahwa mereka dapat melalui proses spiritual untuk mencapai derajat yang tinggi di sisi Allah.
  Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
  > "Maha Suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsa yang kami berkahi sekelilingnya, untuk memperlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Al-Isra: 1)
  Ayat ini menunjukkan bahwa perjalanan Isra' Mi'raj adalah suatu mukjizat yang memperlihatkan kekuasaan Allah SWT dan menegaskan bahwa Allah mampu melakukan apa saja, bahkan hal-hal yang di luar nalar manusia.
2. Perintah Shalat sebagai Pilar Utama Ibadah.
  Salah satu hikmah terbesar dari perjalanan Isra' Mi'raj adalah diperintahkan langsungnya kewajiban shalat lima waktu kepada umat Islam. Sebelumnya, umat Islam hanya menjalankan shalat dua kali dalam sehari, namun setelah Mi'raj, Nabi Muhammad SAW menerima perintah untuk menegakkan shalat lima waktu. Shalat menjadi tanda hubungan langsung antara hamba dengan Tuhannya, tanpa perantara, dan merupakan tiang agama yang membedakan antara seorang Muslim dan bukan Muslim.
  Dalam hadis, Rasulullah SAW bersabda: