Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dogma Membutakan Logika!

3 Oktober 2024   18:32 Diperbarui: 3 Oktober 2024   18:40 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dogma adalah keyakinan yang diterima tanpa pertanyaan, seringkali dianggap mutlak dan tak tergoyahkan. Dalam filsafat, dogma dipandang sebagai musuh dari pemikiran kritis, karena ia menutup pintu bagi logika dan pencarian kebenaran yang terbuka. Ketika seseorang terperangkap dalam dogma, ia cenderung menolak mempertanyakan atau merenungkan kembali keyakinan yang dipegangnya, bahkan jika dihadapkan pada bukti yang menunjukkan sebaliknya. Dalam hal ini, dogma membutakan logika.

Logika, di sisi lain, adalah alat rasional yang digunakan untuk menyusun dan mengevaluasi argumen. Ia memberikan struktur dan metode yang memungkinkan kita membedakan antara apa yang benar dan salah, apa yang masuk akal dan yang tidak. Ketika dogma menguasai pikiran, logika kehilangan tempatnya. Pikiran terhenti pada titik di mana pertanyaan kritis harusnya dimulai. Dogma memotong proses berpikir dengan memberikan jawaban yang dianggap final dan tak perlu diuji ulang.

Plato, dalam alegori guanya, menggambarkan manusia yang hidup dalam bayang-bayang ilusi, menerima kenyataan yang mereka lihat tanpa menyadari bahwa ada kebenaran yang lebih besar di luar gua. Dogma berfungsi seperti dinding gua tersebut, membatasi persepsi dan pemahaman manusia tentang kenyataan. Ketika seseorang berpegang teguh pada dogma, ia tidak lagi melihat dunia dengan mata terbuka, melainkan dengan pandangan yang dikaburkan oleh keyakinan yang tak dapat dipertanggungjawabkan secara rasional.

Friedrich Nietzsche mengkritik dogma dalam berbagai bentuknya, baik dalam agama, moral, maupun filsafat. Menurutnya, dogma membekukan kehidupan dan kebebasan berpikir. Nietzsche melihat bahwa dogma menolak perubahan dan dinamika, sementara kehidupan pada dasarnya penuh dengan ketidakpastian dan perubahan yang tak terduga. Dalam pandangan ini, logika yang sehat adalah yang selalu siap menantang asumsi-asumsi yang ada, bukan menerima mereka begitu saja.

Namun, dogma bukan hanya ada dalam ranah agama atau kepercayaan spiritual. Dalam kehidupan sehari-hari, dogma dapat muncul dalam bentuk ideologi politik, sosial, atau budaya yang diterima tanpa pertanyaan. Dalam setiap bentuknya, dogma membutakan logika dengan menolak perbedaan pendapat dan mempersempit cakrawala pemikiran. Ketika masyarakat atau individu terjebak dalam dogma, ruang untuk dialog, perubahan, dan inovasi menjadi semakin terbatas.

Pada akhirnya, kebebasan berpikir yang didukung oleh logika adalah fondasi dari kemajuan intelektual dan moral manusia. Dogma mungkin menawarkan kenyamanan dalam bentuk kepastian, tetapi kepastian tersebut sering kali palsu dan berbahaya. Logika, meskipun mungkin membawa ketidakpastian dan pertanyaan yang sulit, adalah jalan menuju kebenaran yang lebih mendalam dan pembebasan dari belenggu keyakinan buta. Hanya dengan membebaskan diri dari dogma, manusia dapat melihat dunia sebagaimana adanya, bukan sebagaimana ia diperintahkan untuk melihatnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun