Mohon tunggu...
Heri Hermawan
Heri Hermawan Mohon Tunggu... Penulis - Reseacher Publik | Pegiat Literasi Tangerang | The Young Entrepenuer

Hobby : Ngopi sambil Baca-baca buku, kadang suka motoran, kadang blusukan ke kebon naik Gunung, biasa isengĀ² jadi kang photo dan Tour Guide. Minat Bacaan : Filsafat, Fiksi, Self improvment, Baca Quote Para Filsuf dan Sufi.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pencarian Dimulai dari Kegelisahan!

29 Agustus 2024   17:02 Diperbarui: 29 Agustus 2024   17:14 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Sumber gambar : canva/heri"

Dalam setiap langkah kehidupan, kita sering kali dihadapkan pada berbagai pertanyaan yang belum terjawab, ambisi yang belum tercapai, atau keinginan yang belum terpenuhi. Dalam perjalanan menuju jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, kegelisahan sering kali menjadi titik awal. Kegelisahan adalah bentuk ketidaknyamanan batin yang mendorong individu untuk mencari makna, jawaban, dan kepastian. Tanpa kegelisahan, pencarian tidak memiliki daya dorong yang cukup untuk memulai perjalanan menuju pencerahan.

KEGELISHAN SEBAGAI PENDORONG PENCARIAN :


Kegelisahan muncul ketika kita merasa ada sesuatu yang hilang atau ada potensi yang belum terealisasi dalam diri kita. Ini adalah perasaan yang mendorong kita untuk mengeksplorasi dan menemukan apa yang bisa kita lakukan untuk mengisi kekosongan tersebut. Misalnya, seorang peneliti mungkin merasa gelisah karena ada fenomena alam yang belum bisa dijelaskan. Perasaan ini mendorongnya untuk memulai penelitian, mencari data, menganalisis hasil, dan akhirnya menemukan jawaban yang memuaskan.


Dalam filsafat,Ā khususnya dalam pandangan eksistensialisme, kegelisahan dipandang sebagai kondisi dasar manusia. Menurut filsuf seperti Sren Kierkegaard dan Jean-Paul Sartre, kegelisahan (atau "angst") adalah perasaan yang muncul karena kesadaran akan kebebasan dan tanggung jawab individu untuk menentukan makna hidupnya sendiri.

Kegelisahan ini bukanlah sesuatu yang negatif; sebaliknya, ia adalah tanda bahwa individu tersebut sedang berada di persimpangan jalan, siap untuk membuat pilihan yang akan membentuk eksistensinya.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, kegelisahan intelektual sering kali menjadi awal dari penemuan-penemuan besar. Isaac Newton, misalnya, merasa gelisah karena tidak ada teori yang memadai untuk menjelaskan gerakan planet-planet. Kegelisahan ini mendorongnya untuk mengembangkan teori gravitasi. Begitu pula dalam seni, kegelisahan emosional sering kali menjadi sumber inspirasi. Banyak seniman besar menciptakan karya-karya mereka dari tempat kegelisahan pribadi, mencari cara untuk mengekspresikan perasaan mereka dan menemukan kedamaian melalui proses penciptaan.

Kegelisahan dapat dilihat sebagai katalis untuk transformasi pribadi dan sosial. Ketika kita merasa gelisah dengan status quo, kita terdorong untuk bertindak dan mengubah keadaan. Revolusi sosial sering kali dimulai dengan kegelisahan kolektif terhadap ketidakadilan. Demikian juga, transformasi pribadi sering kali dimulai dengan kegelisahan akan kehidupan yang stagnan, mendorong individu untuk mencari makna yang lebih dalam atau tujuan yang lebih tinggi.

Dalam segala bentuknya, kegelisahan adalah kekuatan pendorong yang memulai pencarian. Tanpa kegelisahan, kita mungkin akan terjebak dalam kenyamanan yang membosankan, tanpa dorongan untuk mencari sesuatu yang lebih baik atau lebih bermakna. Oleh karena itu, alih-alih menghindari kegelisahan, kita sebaiknya melihatnya sebagai sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu dieksplorasi, dipahami, dan diatasi.Ā 

Dengan demikian, pencarian kita akan selalu dimulai dengan kegelisahan sebuah perjalanan menuju pencerahan dan pemenuhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun